Objek Wisata Taman Nasional Laut Bunaken


Taman Nasional Laut Bunaken letaknya ada di Sulawesi Utara dan berjarak ± 8 km dari daratan Kota Manado. Letaknya yang cukup strategis tersebut menjadikan taman laut ini mudah untuk dikunjungi wisatawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Taman Nasional Laut Bunaken merupakan salah-satu tempat tujuan rekreasi yang cukup menarik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan luar negeri.
Kegiatan yang dapat dilakukan di Taman Nasional Laut Bunaken adalah seperti berjemur dipantai, berenang dilaut, diving (menyelam), snorkeling, menjelajahi hutan-hutan disekitar pantai.

Secara keseluruhan Taman Nasional Laut Bunaken memiliki areal taman seluas 75.265 hektar yang didalamnya terdapat lima pulau, yaitu Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau Siladen, Pulau Mantehage berserta beberapa anak pulaunya dan yang terakhir Pulau Naen. Meskipun kawasan taman laut ini memiliki lima pulau yang berdekatan, hanya Pulau Bunaken yang paling terkenal sebagai lokasi penyelaman.
Kawasan Bunaken pada tahun 1991 diresmikan sebagai taman laut nasional oleh Menteri Kelautan serta dijadikan sebagai objek wisata bahari dan pendidikan karena melihat potensi alam dan juga aktivitas konservasi ekologi laut dikawasan ini. Disamping melakukan kegiatan wisata, taman laut ini sangat baik untuk perkembangan edukasi pengetahuan orang dewasa dan anak-anak tentang alam laut dan sumber dayanya.

Taman Nasional Laut Bunaken adalah merupakan salah-satu taman laut yang terindah di dunia, terkenal akan formasi terumbu karang yang sangat indah dan luas. Taman laut ini menjadi habitat lebih dari 3000 spesies ikan yang perlu dijaga dari kepunahannya seperti ikan lolosi ekor kuning ( lutjanus kasmira ), ikan kuda gusumi ( hippocampus kuda ), goropa ( ephinephelus spilotoceps ), oci putih ( seriola rivoliana ) dan banyak lagi lainnya serta memiliki keaneka-ragaman jenis organisme akuatik yang langka seperti lumba-lumba, ikan duyung, dugong-dugong dan juga memiliki berbagai jenis ikan hias yang sangat indah.

Taman Nasional Laut Bunaken memiliki areal yang cukup luas untuk melakukan penyelaman, meskipun demikian lokasi penyelaman tetap hanya dibatasi disekitar pantai-pantai yang mengelilingi kelima pulau tersebut, hal ini dilakukan untuk keselamatan pengunjung serta untuk memudahkan petugas pantai dalam mengawasi pengunjung.
Pengunjung dapat menyelam dan menyaksikan ikan-ikan daerah tropis dan terumbu karang yang menakjubkan nan indah sehingga dijamin pengunjung akan terkagum-kagum melihatnya dan tidak dapat melupakannya.
Sebagai tempat penyelaman, Taman Nasional Laut Bunaken termasuk diantara 10 tempat penyelaman terpopuler didunia.
Ada 20 titik tempat penyelaman (dive spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter dikawasan taman laut ini. Dari 20 titik penyelaman tersebut, 12 titik diantaranya berada disekitar Pulau Bunaken dan paling sering dikunjungi oleh penyelam dan wisatawan.
Fenomena alam laut yang ada di Taman Nasional Laut Bunaken ini adalah unik dan hampir dipastikan tidak dapat ditemukan di taman laut lainnya. Taman laut ini mempunyai keunikkan berupa dinding-dinding karang raksasa yang berdiri vertikal dan melengkung keatas atau disebut underwater great walls atau hanging walls. Dinding karang ini juga menjadi sumber tempat makanan bagi ikan-ikan di perairan disekitar Pulau Bunaken.

Akses Ke Taman Nasional Laut Bunaken
Untuk mengunjungi taman laut ini, pengunjung dapat menggunakan perahu motor sewaan berangkat dari tepian pantai di teluk Kota Manado menuju kawasan taman laut.

Fasilitas Yang Tersedia
Disekitar lokasi tersedia hotel, resort, homestay, kolam renang, restoran, kantor pos, menara pandang, pos jaga, speed boat.
Tersedia juga jasa penyewaan alat-alat selam berserta instrukturnya.

Saat Terbaik Untuk Berkunjung Ke Taman Nasional Laut Bunaken
Musim kunjungan terbaik ke Taman Nasional Laut Bunaken adalah pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus

Perlengkapan Yang Wajib Dibawa
Dalam kondisi tertentu perlu untuk melindungi diri dari angin laut, maka perlu untuk membawa baju hangat atau jaket, penutup kepala, syal untuk penghangat leher.

Yang Harus Menjadi Perhatian
Ada baiknya ketika berkunjung ke Taman Nasional Laut Bunaken kondisi kesehatan dalam keadaan prima.

sumber..http://indonesia-indahnya.blogspot.com/2009_01_01_archive.html

Wisata DI Candi Borobudur Dan Candi Prambanan

Candi Borobudur Sebuah Keajaiban Dunia

Candi Borobudur merupakan salah-satu keajaiban dunia karena arsitekturnya yang sangat mengagumkan dan membuat setiap orang yang memandangnya akan terpana karena kagum akan keindahan serta kemegahannya.

Candi Borobudur terletak di kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang dan berjarak sekitar 40 km barat laut kota Yogyakarta.
Setiap tahunnya kota Yogyakarta dikunjungi oleh turis asing dan salah-satu yang menjadi obyek wisata turis asing adalah Candi Borobudur.

Candi Borobudur merupakan candi peninggalan agama Budha pada masa pemerintahan kerajaan Mataram Kuno yang dibangun oleh keturunan Wangsa Syailendra yaitu Raja Samaratungga pada abad ke 9.
Berdasarkan Prasasti Kayuwungan, candi ini untuk membangunnya membutuhkan waktu hampir 100 tahun lamanya. Arti dari Borobudur itu sendiri, menurut beberapa pendapat ada yang mengatakan Borobudur artinya biara yang terletak di tempat tinggi dan ada juga yang mengatakan Borobudur artinya sebuah gunung yang berteras-teras (budhara).
Candi Borobudur penuh dengan sarat dan nilai-nilai ajaran Budha Mahayana, dimana setiap tingkatan dari candi adalah menggambarkan tingkatan manusia dalam mencapai nirwana. Tingkatan yang paling atas adalah menggambarkan nirwana/ surga yang merupakan tempat Sang Budha bersemayam.
Tinggi bangunan Candi Borobudur sampai kepuncak adalah setinggi 42 meter dengan lebar dasar bangunan selebar 123 meter.

Bentuk dari bangunan Candi Borobudur adalah berbentuk punden berundak yang terdiri dari 10 ( sepuluh ) tingkatan, yaitu :
- Enam tingkat paling bawah berbentuk bujursangkar
- Tiga tingkat diatasnya berbentuk lingkaran
- Satu tingkat yang paling tertinggi adalah berupa stupa Budha
yang menghadap ke arah barat

Setiap tingkatan ini melambangkan tahapan kehidupan manusia yang melambangkan bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha harus melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

Penamaan bagian-bagian dari bangunan Candi Borobudur :
Kamadhatu adalah sebutan untuk bagian dasar candi.
Bagian dasar candi ini melambangkan manusia yang masih terikat dengan hawa nafsu
Rupadhatu adalah sebutan untuk bagian empat tingkat diatas bagian dasar.
Bagian ini melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari hawa nafsu tetapi didalam dirinya masih terikat akan rupa dan bentuk, sifat ini diwujudkan dengan patung Budha yang diletakkan terbuka.
Arupadhatu adalah sebutan untuk bagian tiga tingkat diatasnya.
Bagian ini melambangkan manusia yang telah terbebas dari hawa nafsu, rupa dan bentuk, sifat ini diwujudkan dengan patung Budha yang diletakkan didalam stupa yang berlubang-lubang.
Arupa adalah sebutan untuk bagian paling atas.
Bagian ini melambangkan nirwana sebagai tempat Budha bersemayam, sifat ini diwujudkan dengan patung Budha yang menghadap kearah barat.

Di Candi Borobudur banyak sekali terdapat rangkaian relief-relief indah yang secara keseluruhan adalah mencerminkan ajaran-ajaran agama Budha.

Candi Borobudur sudah sangat tersohor di penjuru dunia, banyak orang yang merasa belum puas dalam hidupnya kalau belum mengunjungi Candi Borobudur. Disekitar Candi Borobudur terdapat desa-desa pengrajin seperti desa Wanurejo dan Karanganyar, dimana desa-desa tersebut dapat dikunjungi dan menyaksikan secara langsung masyarakat yang sedang membuat berbagai macam barang kerajinan.
Candi Borobudur sering digunakan oleh umat Budha sebagai tempat untuk memperingati Hari Raya Waisak yang adalah merupakan salah-satu hari raya agama Budha.
Candi Borobudur dengan segala pesonanya telah membuat Indonesia dikenal oleh dunia internasional.

Candi Borobudur adalah sebuah obyek wisata yang layak untuk dikunjungi.
Pengunjung dapat berkunjung setiap hari ke Candi Borobudur mulai dari jam 06.00 WIB sampai dengan jam 17.30 WIB.
Loket Buka : jam 06.00 WIB
Loket Tutup : jam 17.00 WIB

Candi Prambanan Sebuah Keagungan Budaya

Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah merupakan salah-satu peninggalan budaya di Indonesia. Secara administratif kawasan candi ini berada diperbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya yang berada ditepi jalan raya Yogya – Solo dan berjarak ± 17 km arah timur laut dari pusat kota Yogyakarta menjadikan Candi Prambanan mudah untuk dikunjungi oleh para wisatawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Banyak turis yang datang ke Candi Prambanan pada malam hari untuk melihat Sendratari Ramayana yang romantis sekali. Pagelaran Sendratari Ramayana ini diadakan di plataran terbuka Candi Prambanan selama bulan mei sampai bulan oktober pada saat bulan purnama yang dimulai pada pukul 19.00 – 21.00 WIB.

Candi Prambanan merupakan peninggalan agama Hindu yang terbesar di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibangun pada abad ke-9 oleh raja-raja wangsa Sanjaya pada masa pemerintahan dua raja yaitu Raja Rakai Pikatan dan Raja Rakai Balitung. Candi ini mempunyai ketinggian mencapai 47 meter dengan bentuknya yang menyerupai gunungan pada wayang kulit.

Agama Hindu mengenal ajaran Tri Murti yang terdiri dari 3 (tiga) Dewa, yaitu Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara dan Dewa Siwa sebagai Sang Perusak. Candi Prambanan merupakan Candi Siwa karena bilik utama dari candi induknya ditempati oleh Dewa Siwa. Candi induk ini berada ditengah-tengah Candi Wisnu dan Candi Brahma.

Komplek Candi Prambanan mempunyai 3 (tiga) halaman yaitu halaman pertama, halaman tengah dan halaman luar.

Halaman Pertama berbentuk bujursangkar dengan panjang sisi-sisinya 110 meter.
Dihalaman pertama/ utama ini terdapat 3 (tiga) candi utama yaitu Candi Wisnu (sebelah utara Candi Siwa), Candi Siwa (ditengah sebagai candi induk) dan Candi Brahma (sebelah selatan Candi Siwa). Ketiga candi utama ini menghadap ke timur dan setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang berhadapan dengan masing-masing candi utama dan menghadap ke barat.
Candi-candi pendamping ini masing-masing berisi patung kendaraan ketiga dewa tersebut.
Adapun nama-nama kendaraan tersebut adalah:
Patung Garuda sebagai kendaraan Dewa Wisnu, patung lembu yang bernama Nandi adalah kendaraan Dewa Siwa dan patung Angsa adalah kendaraan Dewa Brahma.
Selain itu masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir dan 4 candi sudut/ patok.
Candi Siwa adalah bangunan yang paling tinggi dan mempunyai 4 ruangan yang terdiri dari satu ruangan utama yang berisi arca Siwa dan 3 ruangan lainnya yang masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa) , Agastya (guru Siwa) dan Ganesha (putra Siwa). Dalam legenda rakyat arca Durga ini disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang. Adapun legenda rakyat tersebut diceritakan sebagai berikut:

Alkisah, di jaman dahulu hiduplah seorang lelaki yang bernama Bandung Bondowoso dan mempunyai kesaktian. Bandung Bondowoso jatuh cinta dengan seorang putri yang bernama Roro Jonggrang, tetapi sayang cinta Bandung Bondowoso bertepuk sebelah tangan karena Roro Jonggrang tidak mencintai Bandung Bondowoso. Suatu hari Bandung Bondowoso menyatakan keinginannya untuk mempersunting Roro Jonggrang dan Roro Jonggrang mau menikah dengan Bandung Bondowoso dengan syarat Bandung Bondowoso harus membuatkan candi dengan 1000 arca didalamnya hanya dalam waktu satu malam, permintaan ini disanggupi oleh Bandung Bondowoso. Ketika Roro Jonggrang mengetahui Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan pekerjaannya Roro Jonggrang merasa cemas, lalu dicarikanlah akal untuk menggagalkan pekerjaan Bandung Bondowoso tersebut. Roro Jonggrang meminta warga desa untuk melakukan kegiatan seolah-olah hari sudah pagi yaitu dengan melakukan kegiatan menumbuk padi, membuat api besar, membangunkan ayam jago agar berkokok dan hal-hal lainnya agar suasananya tercipta seperti pagi hari. Siasat Roro Jonggrang tersebut berhasil dan akhirnya Bandung Bondowoso menghentikan pekerjaannya dan masih kurang satu arca yang belum dibuat. Mengetahui ternyata Roro Jonggrang melakukan kecurangan maka marah besarlah Bandung Bondowoso, lalu dikutuklah Roro Jonggrang untuk menjadi arca yang ke 1000 untuk melengkapi arca yang baru selesai 999 arca. Demikianlah alkisahnya.

Halaman Tengah berbentuk bujursangkar dengan panjang sisi-sisinya 222 meter dan letaknya lebih rendah dari halaman pertama. Pada halaman ini terdapat 224 buah candi perwara yang disusun atas 4 deret dengan perbandingan jumlah 68, 60, 52 dan 44 candi.

Halaman Luar berbentuk bujursangkar dengan panjang sisi-sisinya 390 meter.

Dimasa sekarang, Candi Prambanan adalah sebuah obyek wisata yang dapat dikunjungi dan dikagumi keindahannya. Pengunjung dapat berkunjung setiap hari ke Candi Prambanan mulai dari jam 06.00 WIB – 17.30 WIB.

sumber..http://indonesia-indahnya.blogspot.com/2008_12_01_archive.html

Wisata di Museum Kereta Api Ambarawa Suasana Tempo Doeloe dan Museum Zoologi Bogor Mengandung Unsur Pendidikan

Museum Kereta Api Ambarawa Suasana Tempo Doeloe

Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah museum yang memiliki koleksi kereta api tua yang cukup lengkap, dimana kereta api ini pernah berjaya pada jamannya. Museum Kereta Api Ambarawa terletak di Kota Ambarawa, Jawa Tengah, Pulau Jawa, Indonesia.
Museum Kereta Api Ambarawa ini dahulunya adalah sebuah stasiun kereta api yang melayani jalur antara Semarang dan Yogyakarta. Stasiun kereta api ini diresmikan pada tanggal 21 Mei 1873, yaitu pada jaman pemerintahan kolonial Koningen Willem I dengan nama Stasiun Willem I. Pada tahun 1976, stasiun kereta api ini beralih fungsi menjadi Museum Kereta Api Ambarawa. Museum ini memiliki 24 koleksi lokomotif uap dan 3 (tiga) diantaranya masih bisa beroperasikan dengan baik.
Pada jaman kolonial, kereta api yang ada di stasiun ini digunakan sebagai sarana transportasi umum, untuk mengangkat penumpang dan hasil pertanian. Untuk melintasi daerah perbukitan yang menanjak, pada bagian tengah dari rel kereta api diberi plat besi khusus untuk memudahkannya dalam mendaki bukit.

Suasana Museum Kereta Api Ambarawa
Berada didalam stasiun kereta api rasanya seperti kembali ke suasana tempo doeloe, pengunjung dapat melihat kantor kepala stasiun, ruang tunggu, loket peron, peralatan komunikasi, topi masinis, alat pembolong tiket, stempel, mesin tik, jam kuno, perabot meja kursi tempo dulu dan lain-lainnya.

Daya Tarik Dari Museum Kereta Api Ambarawa
Suasana dari museum ini masih menunjukkan suasana stasiun kereta api jaman dulu, yang masih terjaga dan terawat rapi kondisinya, sehingga menjadikan lokasi ini sering dijadikan lokasi untuk pemotretan atau kegiatan fotografi.

Wisata Lokomotif Tua
Museum Kereta Api Ambarawa juga menyediakan sebuah paket wisata yang dinamakan Railway Mountain Tour.
Untuk keperluan wisata, museum menyediakan lokomotif tua yang masih beroperasi, dengan rute perjalanan dari Stasiun Ambarawa hingga Stasiun Bedono pulang pergi dengan waktu tempuh ± 2 jam perjalanan dan menempuh jarak sekitar 20 kilometer.
Kereta api tua ini mampu mengangkut penumpang hingga maksimum 40 orang.
Dengan menumpang kereta api, wisatawan dapat menikmati pemandangan alam daerah Ambarawa dan sekitarnya.

Museum Zoologi Bogor Mengandung Unsur Pendidikan

Museum Zoologi Bogor terletak di jalan Ir. H. Juanda No. 9, Bogor, Jawa Barat, Indonesia.
Museum ini didirikan oleh Dr. J.C. Koningsberger pada bulan Agustus tahun 1894 dan selesai pada bulan Agustus 1901 dengan nama Landbouw Zoologisch Museum.
Pada tahun 1906 namanya berubah menjadi Zoologisch Museum. Empat tahun kemudian namanya berubah lagi menjadi Zoologisch Museum en Laboratorium. Di antara tahun 1945 sampai tahun 1947, museum ini berganti nama lagi menjadi Museum Zoologicum Bogoriense, hingga kini nama tersebut masih digunakan, kemudian sering disebut Museum Zoologi Bogor.

Museum Zoologi Bogor adalah merupakan tempat pameran ilmiah dari beberapa jenis fauna Indonesia yang diperuntukkan bagi masyarakat luas.
Museum ini mengkoleksi beragam fauna yang diawetkan, terdapat koleksi jutaan spesimen yang terdiri dari puluhan ribu jenis fauna dari berbagai jenis, diantaranya terdapat 1100 jenis burung yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, 650 jenis binatang mamalia (menyusui), 600 jenis reptil dan ikan, moluska yang terdiri dari 2300 jenis, 10.000 jenis serangga serta 700 jenis invertebrata lainnya.
Museum ini berada dibawah naungan Pusat Penelitian Biologi LIPI dan museum ini awalnya berfungsi sebagai Laboratorium Zoologi untuk memberi wadah penelitian yang berkaitan dengan pertanian dan binatang hama.

Rute Ke Museum Zoologi Bogor
Dari Stasiun KA Bogor ± 3 km, naik angkutan kota (angkot) dan turun di depan Museum Zoologi Bogor.
Dari Terminal Bis Bogor ± 3 km, naik angkutan kota (angkot) dan turun di depan Museum Zoologi Bogor.

Fasilitas Museum Zoologi Bogor
Terdiri dari ruang pameran tetap dan ruang penyimpanan koleksi.

Kunjungan Ke Museum Zoologi Bogor
Museum dapat dikunjungi dari Hari Senin sampai dengan Minggu, dari pukul 08.00 WIB -16.00 WIB

Museum Zoologi Bogor ini, disamping sering dikunjungi oleh kalangan umum, juga sering dikunjungi oleh kalangan sekolah, karena apa yang ditampilkan dalam museum ini memiliki nilai pengetahuan yang berguna untuk menambah ilmu dan bersifat mendidik.

sumber..http://indonesia-indahnya.blogspot.com/2009_11_01_archive.html

Objek wisata Jatiluwih dan Seaworld Indonesia Tempat Rekreasi Berkualitas

Jatiluwih Masuk Daftar UNESCO

Jatiluwih adalah sebuah obyek wisata alam yang menarik karena memiliki pemandangan alam yang indah. Jatiluwih terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Pulau Bali, Indonesia.
Jatiluwih terdiri dari kata Jati dan Luwih, yang artinya benar benar indah. Jatiluwih dengan latar belakang Gunung Batukaru, terletak pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut dan berhawa sejuk serta suasananya terasa nyaman. Sebagian besar daerahnya merupakan daerah persawahan yang dibuat berteras atau berundak atau bertingkat, sehingga dikenal dengan sawah berteras khas Bali. Sistem sawah berteras ini telah membuat Jatiluwih dinominasikan masuk daftar UNESCO World Heritage sebagai warisan budaya dunia. Jatiluwih merupakan lokasi terbaik untuk melihat keindahan terasering di Bali.
Untuk mengairi sawah seluas ± 636 hektar di Jatiluwih ini, maka digunakanlah sistem pengairan subak, yaitu sistem pengairan atau irigasi tradisional Bali yang berbasis pada masyarakat.
Wisata alam Jatiluwih ini banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk menikmati keindahan alam, udara yang sejuk serta merasakan suasana pedesaan yang terasa sangat damai. Kawasan persawahan yang luas menghijau adalah sebuah daya tarik wisata alam yang indah, yang dapat ditemukan di Jatiluwih.
Selain Jatiluwih, Kabupaten Tabanan juga memiliki obyek wisata menarik lainnya, di antaranya : Tanah Lot, Bedugul, Puputan Margarana, Taman Kupu-kupu (Butterfly Park) dan tempat wisata lainnya. Kabupaten Tabanan juga dikenal sebagai daerah agraris dan merupakan lumbung padinya Pulau Bali.

Agar dapat menikmati wisata sepanjang hari di Bali, maka ada baiknya selain ke Jatiluwih juga ketempat wisata lainnya. Dapat direncanakan jadwal wisatanya sebagai berikut :
Mulai dari Denpasar, Bedugul, pertigaan Desa Pacung, Jatiluwih, Yeh Panes Tabanan, Monumen Subak, Alas Kedaton, terakhir menuju Tanah Lot untuk menikmati keindahan Sunset di sore hari dengan pemandangan yang begitu indahnya.

Apa Yang Dapat dilakukan Wisatawan Di Jatiluwih ?
Di Jatiluwih, wisatawan dapat melakukan kegiatan atau aktivitas trekking sambil menikmati suasana alam Jatiluwih yang masih natural serta melihat aktivitas masyarakat yang hampir sehari penuh disawah.
Wisatawan dapat juga menikmati atraksi budaya cara menanam padi yaitu mulai dari proses pertanian dan mapag toya, ngendag, mengolah tanah, tanam padi, mebiyukukung dan sampai panen padi. Menariknya, masih dipertahankannya padi lokal serta budidayanya masih menggunakan pupuk organik.
Pada setiap 210 hari sekali di hari Rabu Kliwon Ugu, wisatawan dapat melihat upacara petoyan yang diadakan di Pura Petali dengan menggelar tarian yang bersifat sakral yaitu Tarian Wali Pendek.

Fasilitas Yang Tersedia
Di kawasan Jatiluwih tersedia wantilan untuk tempat beristirahat, Bale Bengong, restaurant, warung, toilet dan tempat parkir.

Jarak Tempuh Ke Jatiluwih
Jarak tempuh dari Denpasar ke Jatiluwih ±48 km, lokasinya terletak dibagian utara Kota Tabanan (±28 km dari Kota Tabanan).

Seaworld Indonesia Tempat Rekreasi Berkualitas

Seaworld Indonesia adalah sebuah taman biota laut yang terdapat didalam kompleks Wisata Taman Impian Jaya Ancol, yang terletak di Jalan Lodan Timur No. 7, Pademangan, Jakarta Utara, Jakarta, Indonesia.
Seaworld Indonesia adalah sebuah tempat rekreasi yang berkualitas, karena disamping memberikan hiburan juga memberikan nilai-nilai pendidikan dan nilai-nilai sejarah yang bermanfaat bagi masyarakat dan generasi muda.
Seaworld Indonesia dalam operasionalnya mengemban 3 (tiga) misi besar, yaitu Pendidikan, Konservasi dan Hiburan. Melalui tiga misi inilah Seaworld Indonesia menempatkan dirinya sebagai tempat hiburan yang berkualitas di mata dunia.
Indonesia adalah negara maritim yang sangat kaya akan biota lautnya, dapat dipahami karena Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.504 pulau yang terhampar disepanjang garis katulistiwa dan rentang garis pantainya terbujur sepanjang 81.290 km, sehingga Seaworld Indonesia dalam usahanya untuk memperkenalkan kehidupan biota laut yang ada di alam, maka Sea world Indonesia mendatangkan berbagai biota, baik biota perairan tawar maupun biota perairan laut.
Seaworld Indonesia memiliki koleksi biota perairan tawar yang terdiri dari 22.000 ekor ikan (sebanyak 126 Jenis), 28 reptil (sebanyak 5 jenis), juga memiliki biota perairan laut yang terdiri dari 5180 ekor ikan (sebanyak 26 jenis), 79 avertebrata (sebanyak 13 jenis), 30 reptil (sebanyak 5 jenis) dan 1 mamalia.
Bermacam-macam ikan dan biota air yang dapat dilihat di Seaworld Indonesia, seperti ikan hiu, duyung dugong, belut laut, ikan badut, ikan kakaktua, moray eel, ikan arapaima gigas, ikan arawana merah, ikan ekor kuning, ikan puri kelapa, ikan dewa, gurita, ikan piranha, buaya putih, ikan pari, penyu, kura-kura dan masih banyak lagi lainnya.

Sekelumit Tentang Seaworld Indonesia
Pada tanggal 2 Oktober 1980 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan Seaworld Indonesia oleh Gubernur DKI, yaitu oleh Bpk. Wiyogo Atmodarminto.
Seaworld Indonesia dalam tahap pembangunannya menempati lahan seluas 3 hektar dengan luas bangunan utama seluas 4.500 m2.
Pada tanggal 3 Juni 1982, Seaworld Indonesia sudah mulai beroperasi sampai sekarang.

Fasilitas-fasilitas Yang Tersedia
Terdapat fasilitas seperti Aquarium, Tunnel, Fish Dip, Fun Dive, Museum, Library, Theater, Photospot, Observation Deck, Touch Screen, Food Court, Gift Shop, Function Hall, First Aid, Mosque, Parking Area.

Pertunjukkan di Seaworld Indonesia
Main Aquarium, SharkQuarium, Touch Pool, Dugong, Crocodile, Holoquarium, AquArapaima, Dancing Eel.

Hal Menarik di Seaworld Indonesia
Terowongan Antasena
Terowongan Antasena adalah sebuah terowongan yang terdapat disebuah Akuarium Utama atau Akuarium Raksasa di Sea world Indonesia, dimana pada bagian Akuarium Utama tersebut terdapat sebuah terowongan yang dindingnya terbuat dari akrilik bening sehingga tembus pandang kedalam Akuarium Utama.
Pengunjung dapat masuk ke terowongan akuarium ini yang panjangnya ± 80 meter, sepanjang terowongan ini pengunjung dapat bergerak maju kedepan dengan hanya berdiri diatas sejenis alat ban berjalan. Sepanjang terowongan ini, pengunjung akan merasakan sensasi seolah-olah berada didasar laut, karena pengunjung dapat melihat berbagai jenis ikan yang berenang melintasi kepala atau berenang disamping kanan dan kiri pengunjung.
Akuarium utama ini merupakan akuarium terbesar di Asia Tenggara yang mampu menampung air laut hingga lima juta liter, Akuarium utama ini berukuran 38 x 24 m dengan kedalaman berkisar antara 4,5 dan 6 meter.

Terapi Ikan Gararupa
Di Seaworld Indonesia terdapat fasilitas terapi ikan, yang diterapi oleh Ikan Gararupa.
Ikan Gararupa adalah sejenis ikan yang berasal dari sungai di negara Turki.
Pengunjung dapat mencoba bagaimana rasanya jika kaki ataupun tangan diterapi oleh Ikan Gararupa dengan cara digigit-gigit, sedikit terasa geli dan tidak berbahaya. Anak-anakpun bisa diajak turut serta untuk ikut terapi. Ikan Gararupa berukuran antara 3 cm sampai 5 cm.

Ikan Purba Coelacant
Terdapat seekor ikan purba Coelacant (baca: ikan Selakan) yang telah diawetkan.
Ikan yang dianggap telah punah ini berhasil ditemukan pada tanggal 25 November 2008 di perairan Pulau Talise, Manado, Propinsi Sulawesi Utara, Pulau Sulawesi.

Arapaima Gigas
Arapaima Gigas adalah ikan air tawar terbesar di dunia, panjangnya bisa mencapai 5 meter. Ikan ini asalnya dari sungai Amazon, Brazil.

Suvenir Khas Seaworld Indonesia
Terdapat toko suvenir khas Seaworld Indonesia, disini pengunjung dapat menemukan barang-barang suvenir seperti boneka, gantungan kunci, sepatu, kaos, baju, dan lain-lainnya.

Waktu Kunjungan Ke Seaworld Indonesia
Seaworld Indonesia buka setiap Hari Senin s/d. Hari Minggu dan Hari Libur.
Mulai buka pukul 09.00 WIB - 18.00 WIB.

Transportasi Menuju Seaworld Indonesia
Seaworld Indonesia bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum.
Dari pusat kota Jakarta, pengunjung dapat menggunakan angkutan umum, seperti Trans Jakarta, taxi serta bus umum, ± 40 menit untuk sampai dilokasi Seaworld Indonesia.
Ikuti petunjuk yang ada dilokasi agar dapat sampai ke Seaworld Indonesia.

sumber..http://indonesia-indahnya.blogspot.com/2010_06_01_archive.html

Pantai Tanjung Benoa Pusat Wisata Air dan Museum Affandi Sebuah Karya Besar

Pantai Tanjung Benoa Pusat Wisata Air

Pantai Tanjung Benoa terletak di Kecamatan Tanjung Benoa, Kabupaten Badung, Propinsi Bali, Pulau Bali, Indonesia.
Pantai Tanjung Benoa adalah salah-satu pantai yang cukup terkenal di Pulau Bali, dengan wisata airnya yang beraneka ragam telah membuat Pantai Tanjung Benoa dikenal sebagai pusat wisata air. Setiap tahunnya banyak wisatawan yang datang ke Pantai ini untuk tujuan berlibur, baik bersama teman atau bersama keluarga. Pantai Tanjung Benoa adalah tempat yang sangat cocok untuk liburan keluarga.
Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dipantai ini, seperti bersantai bersama teman atau keluarga, berjemur, berjalan-jalan sepanjang pantai, berenang dan lain-lainnya.
Pantai Tanjung Benoa mempunyai pantai yang landai, berpasir putih serta ombak lautnya cenderung tenang sehingga kurang cocok untuk olahraga selancar,
Untuk menuju kawasan Tanjung Benoa, wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi, sewa kendaraan atau dengan menggunakan bus-bus pariwisata. Jaraknya dari Kota Denpasar sekitar 11 km, dari kawasan Kuta berjarak sekitar 7 km dan dari Bandara Ngurah Rai berjarak sekitar 5 km. Di Kawasan Tanjung Benoa tersedia fasilitas untuk wisatawan seperti hotel berbintang, villa, restoran dan masih banyak lagi lainnya.

Beberapa Wisata Air Yang Menarik Di Pantai Dan Laut Tanjung Benoa
Parasailing
Parasailing adalah permainan dengan menggunakan payung parasut, payung parasut akan mengudara dengan ditarik oleh speed boat dan wisatawan akan merasakan seolah-olah seperti sedang terjun payung.

Flying Fish
Flying Fish adalah semacam perahu dari karet yang didisain sedemikian rupa. Flying Fish akan mengudara dengan ditarik oleh speed boat yang berkecepatan tinggi dan akan terbang diatas air setinggi 2 meter atau lebih, tergantung kecepatan angin pada saat itu, persis seperti permainan layang-layang.

Jetski
Jetski adalah adalah kendaraan air yang berbentuk kecil dan mirip seperti sepeda motor.

Water Ski
Water Ski adalah sebuah permainan yang mirip seperti olahraga ski diatas salju, yaitu dengan menggunakan dua papan yang dipasang pada masing-masing kaki. Water Ski ini meluncur dengan ditarik oleh speed boat.

Wake Board
Wake Board adalah sebuah permainan air yang mirip seperti olahraga Skateboard, yaitu dengan menggunakan sebuah papan seluncur, yang akan meluncur dengan ditarik oleh speed boat.

Snorkeling
Snorkeling adalah kegiatan berenang dipermukaan air sambil melihat pemandangan dibawah laut dengan menggunakan kacamata selam dan sebuah snorkel (semacam pipa untuk bernapas). Perlengkapan tambahan untuk snorkeling adalah kaki katak (swimfin) dan wetsuit (semacam baju karet ketat). Dengan snorkeling ini wisatawan dapat melihat pemandangan dibawah laut, seperti terumbu karang dan ikan-ikan hias.

Scuba Diving
Scuba Diving adalah sebuah wisata menyelam. Didalam laut, wisatawan akan dapat melihat terumbu karang yang sangat indah dan ikan-ikan hias yang berwarni-warni.

Banana Boat
Banana Boat adalah semacam perahu karet berbentuk panjang. Banana Boat ini ditarik oleh speed boat untuk berkeliling pantai. Menariknya, kadang-kadang wisatawan sengaja meminta untuk diceburkan ke air dengan cara memiringkan Banana Boat.

Rolling Donut
Rolling Donut adalah semacam permainan dengan menggunakan pelampung yang bentuknya bulat seperti kue donat dan wisatawan duduk didalamnya. Rolling Donut ini ditarik oleh speed boat.

Glass Bottom Boat + Turtle Island
Glass Bottom Boat adalah sebuah perjalanan wisata dengan naik perahu. Perahu wisata ini dibagian dasar perahunya dipasang kaca tembus pandang yang cukup lebar, melalui kaca tembus pandang ini wisatawan dapat melihat kedasar laut yang dangkal. Didasar laut ini terdapat ratusan ekor ikan yang berwarna-warni dan juga terdapat karang laut yang indah.
Dengan perahu wisata tersebut, perjalanan selanjutnya adalah menuju Pulau Penyu (Turtle Island) untuk melihat tempat penangkaran hewan Penyu. Pulau Penyu adalah tempat untuk mengembang-biakkan berbagai spesies Penyu yang hampir punah.

Seawalker
Seawalker adalah sebuah rekreasi berjalan di dasar laut dengan menggunakan helm yang kedap air serta dilengkapi dengan oksigen untuk bernapas. Didasar laut pada kedalaman sekitar 7 meter, wisatawan akan melihat terumbu karang dan ikan-ikan yang indah serta berwarna-warni.

Museum Affandi Sebuah Karya Besar

Museum Affandi terletak di Jalan Laksda Adi Sucipto No. 167, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi D.I. Yogyakarta, Pulau Jawa, Indonesia.
Lokasi Museum Affandi berada disisi sebelah barat Sungai Gajah Wong dan letaknya tepat dipinggir Jalan Laksda Adi Sucipto yang menghubungkan antara Kota Yogyakarta dengan Kota Solo di Jawa Tengah, karena merupakan jalan menuju Kota Solo, maka Jalan Laksda Adi Sucipto terkenal dengan sebutan Jalan Solo.
Museum Affandi berdiri diatas lahan seluas 3.500 m² yang terdiri dari museum itu sendiri dan bangunan yang dulunya merupakan rumah Affandi.

Museum Affandi terdiri atas 4 (empat) galeri, yaitu :
Galeri I
Galeri I luasnya 314,6 m², selesai dibangun pada tahun 1962 dan pada tahun 1974 secara resmi diresmikan oleh Prof. Ida Bagus Mantra yang pada saat itu menjabat sebagai Direktur Kebudayaan Umum.
Galeri I ini digunakan sebagai aula untuk pertunjukkan hasil karya Affandi yang sangat artistik. Lukisan yang ada didalam galeri ini, terdiri dari lukisan sketsa, lukisan dengan menggunakan cat air, pastel, cat minyak pada kanvas, dan beberapa hasil reproduksi.
Di galeri ini akan diperlihatkan kepada pengunjung bagaimana Affandi mahir dalam menggunakan beberapa media kanvas dan pengunjung juga dapat membedakan bagaimana melukis dengan media serta alat yang berbeda.
Didalam galeri ini juga terdapat mobil Colt Gallant tahun 1976 yang telah dimodifikasi menyerupai bentuk ikan dan sepeda onthel kuno milik Affandi.

Galeri II
Pada tahun 1987, Presiden Soeharto berkunjung ke Museum Affandi dan mewakili Pemerintah RI untuk memberikan bantuan pembangunan Galeri II yang luasnya 351,5 m².
Pada tanggal 9 Juni 1988, Galeri II diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang pada saat itu dijabat oleh Prof. Dr. Fuad Hassan.
Galeri II ini digunakan sebagai tempat pertunjukkan yang berisikan hasil karya Affandi, lukisan hasil karya Kartika Affandi (putri Affandi) beserta pelukis terkenal lainnya. Galeri ini terdiri dari 2 lantai, untuk lantai bawah sebagian besar berisi lukisan-lukisan yang bersifat abstrak, sedangkan lantai atas lebih didominasi oleh lukisan-lukisan yang bercorak realistis tetapi tegas.

Galeri III
Galeri III selesai dibangun pada tahun 1999 oleh Yayasan Affandi. Pada bulan Mei tahun 2000, Galeri III ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Galeri III ini didirikan untuk memenuhi permintaan terakhir Affandi, yang ingin memiliki tempat yang cukup untuk menyimpan hasil karyanya dan hasil karya pelukis terkenal lainnya yang menjadi koleksinya.
Galeri ini terdiri dari 3 lantai, setiap lantai mempunyai kegunaan sebagai berikut :
Lantai Pertama, digunakan untuk tempat pameran sementara dari pelukis lokal maupun mancanegara. Disamping itu, lantai pertama ini digunakan juga untuk sanggar melukis anak-anak, yang diberi nama nama Sanggar Gajahwong. Di sanggar ini anak-anak belajar menuangkan kreativitasnya dengan melukis.
Lantai Kedua, digunakan sebagai tempat restorasi.
Lantai Basement (Lt. Bawah Tanah), digunakan untuk menyimpan berbagai koleksi lukisan yang lain.
Jika ingin melihat dari sebuah ketinggian, disebelah galeri terdapat menara, dari atas menara ini pengunjung dapat melihat jalan raya, sungai Gajahwong dan daerah sekitar museum.

Galeri IV
Galeri IV ini digunakan sebagai tempat untuk memamerkan lukisan-lukisan hasil karya keluarga Affandi, termasuk hasil karya Didit (cucu Affandi).

Sekilas Tentang Sang Pelukis Besar Affandi
"Melukis Adalah Sebuah Anugerah," begitu kata Affandi.
Affandi lahir pada tahun 1907 di Cirebon, Jawa Barat. Ayahnya bernama R. Koesoema, yang bekerja di pabrik gula di Ciledug sebagai seorang mantri ukur.
Affandi menempuh pendidikan terakhir SMA (AMS-B) di Jakarta. Pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, seorang gadis kelahiran Bogor. Dari pernikahannya tersebut, Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang diberi nama Kartika. Kartika dikemudian hari diketahui mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis.

Pada tahun 1949, Affandi mendapat Grant dari pemerintah India dan tinggal selama 2 tahun di India. Di India, Affandi melakukan aktivitas melukisnya serta mengadakan pameran-pameran di kota-kota besar sampai pada tahun 1951. Setelah itu, Affandi mengadakan pameran keliling ke negara-negara di Eropa, antara lain ke London, Brussel, Amsterdam, Roma dan Paris.
Affandi pernah tiga kali berturut-turut ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia untuk mewakili Indonesia dalam Pameran Internasional (Biennale Exhibition), yaitu di Brasil pada tahun 1952, di Venice negara Italia pada tahun 1954, dan di Sao Paulo pada tahun 1956.
Di Venice (Italia), Affandi berhasil memenangkan hadiah.
Affandi sering melakukan pameran lukisan ke berbagai penjuru dunia sehingga hasil karyanya dikenal oleh dunia. Melalui hasil karyanya, Affandi menerima berbagai penghargaan di Asia dan Eropa, di antaranya :
- Gelar Doctor Honoris Causa dari National University of Singapure pada tahun 1977.
- Hadiah Perdamaian The Dag Hammarskjoeld Prize dari Italia pada tahun 1977.
- Bintang Maha Jasa Utama dari Pemerintah RI pada tahun 1978.

Setelah sekian tahun lamanya Affandi mengabdikan seluruh hidupnya untuk seni, pada tanggal 23 Mei 1990 Affandi Sang Pelukis Besar tutup usia dan dimakamkan di kompleks museum, bersebelahan dengan makam istrinya, Maryati.
Setelah kepergiannya, museum dikelola oleh Yayasan Affandi sampai saat ini.
Almarhum Affandi adalah seorang pelukis legendaris dari Indonesia, yang nama dan hasil karyanya sudah terkenal hingga keseluruh penjuru dunia.

Daya Tarik Dari Museum
Sebagai bagian dari komplek museum, rumah tempat tinggal Affandi dan keluarga memiliki atap berbentuk daun pisang, sama seperti galeri-galeri sebelumnya.
Rumah tersebut dibangun dengan konsep rumah panggung dengan tiang penyangga utama berbahan beton dan tiang lain berbahan kayu. Atap rumah dibuat dari bahan sirap yang berbentuk pelepah daun pisang dan bangunannya berbentuk lengkung. Lantai atas rumah digunakan untuk kamar pribadi Affandi, sedangkan lantai bawah rumah, kini dipakai sebagai tempat Kafe Loteng, tempat penjualan makanan dan minuman bagi para pengunjung,
Bentuk permukaan tanah yang berteras memberikan inspirasi kepada Affandi untuk membuat rancangan bangunan dan lingkungan yang unik, sehingga terciptalah sebuah lingkungan terpadu yang sangat unik, yang dirancang oleh Affandi sendiri.

Kegiatan Di Museum Affandi
Museum Affandi selain sebagai museum yang memamerkan lukisan-lukisan karya besar Affandi, juga digunakan untuk tempat kegiatan-kegiatan yang banyak berhubungan dengan aktivitas seni lukis dan pameran. Beberapa kegiatan yang secara rutin berlangsung di Museum Affandi adalah :
- Pameran Lukisan Tonny Holsbergen (setiap bulan Februari)
- Haul Almarhum Affandi (setiap tanggal 23 Mei)
- Pameran Sorrandu (setiap bulan Juni hingga Juli)
- Pameran Tunggal Kartika Affandi (setiap bulan November)

Fasilitas Pendukung Museum Affandi
Tersedia : perpustakaan, menara pandang, rumah panggung, gerobak, galeri pertunjukkan (indoor dan outdoor), pemandu (guide), ruang pertunjukkan, ruang pertemuan, Kafe Loteng, Sanggar Gajah Wong, mushola, toko suvenir, kolam renang dan toilet.

Jadwal Kunjungan Ke Museum Affandi
Hari Senin s/d Sabtu, museum buka mulai pukul : 09.00 WIB - 16.00 WIB
Hari Minggu, museum buka mulai pukul : 09.00 WIB - 13.00 WIB
Hari Libur Nasional, museum Tutup (kecuali sebelumnya sudah melakukan reservasi ke pengelola museum).

sumber..http://indonesia-indahnya.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Kampung Gajah Tempat Wisata, Belanja dan Kuliner

Kampung Gajah adalah sebuah tempat wisata kuliner, terletak di Jalan Sersan Bajuri km 3,8 Lembang, Bandung, Jawa Barat, Pulau Jawa, Indonesia.
Kampung Gajah berdiri di atas lahan 58 hektare dan telah mempunyai izin pengembangan sampai 200 ha, berada di atas ketinggian 900 meter dari permukaan laut, mempunyai pemandangan alam yang cukup indah serta berhawa sejuk dan segar, tempat ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat wisata bersama keluarga. Dari Kampung Gajah, pengunjung dapat melihat keindahan Kota Bandung dari ketinggian.
Kampung Gajah adalah sebuah resto yang di konsepkan seperti sebuah taman bermain.
Untuk menambah daya tarik tempat ini, maka disediakanlah berbagai macam fasilitas permainan yang dapat digunakan oleh orang dewasa maupun anak-anak, seperti children play, segway eco ride, body cycle, buggy, kuda dan delman, ATV.
Terdapat juga permainan yang khusus untuk anak-anak, seperti teletubbies, mini Atv, big children playstructures, swing & swing, mini flying fox, monkey bar, bicyle track, garden shelter, mini beca dan trampoline.
Tersedia juga mobil Smart yang ramah lingkungan dan bisa disewa, SkyRider dengan 439 Meter Paralel Adventure The flying SkyRider yang dapat diterbangkan secara berdampingan maupun sendiri untuk menikmati pemandangan kota Bandung dan pegunungannya.

Berbagai macam makanan dari Indonesia tersedia di sini, seperti batagor, siomay, sosis bakar, sosis goreng, sop buntut, steak, iga bakar rica, iga bakar soya dan lain-lainnya.
Makanan dari Asia, seperti Dori Fish Thai Mango, Singapore Fried Rice, Malaysian Beef Curry.
Terdapat juga makanan Eropa, seperti shrimp calypso salad, salad nicoise, hungarian beef goulash soup, baked macaroni, fried skin potato, zuppa zuppa, poached salmon in white wine soup, steak, pasta dan sebagainya.

Dari Bandung Menuju Ke Kampung Gajah
Dari Bandung, di pertigaan Terminal Ledeng ambil jalur ke kiri, kemudian akan terdapat papan reklame yang besar yang akan menuntun pengunjung menuju tempat ini. Dari Terminal Ledeng hanya berjarak 3,8 km.
Kampung Gajah berada di Bandung Barat, di Jalan Sersan Bajuri km 3,8 (dulu namanya Century Hills), letaknya masih searah dengan Kampung Daun, Sapulidi, rumah stroberi dan The Peak.

sumber..http://indonesia-indahnya.blogspot.com

Pantai Tanjung Kelayang Nan Tenang

Kepulauan Bangka Belitung terletak di timur Pulau Sumatera, yang dulunya adalah bagian dari Propinsi Sumatera Selatan, Pulau Sumatera.
Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai propinsi berdasarkan Undang-undang No. 27 Tahun 2000 pada tanggal 4 Desember 2000, disahkan baru pada tanggal 9 Februari 2002. Propinsi Bangka Belitung ibukotanya adalah Sungai Liat di Pulau Bangka.
Propinsi Bangka Belitung terdiri dari dua buah pulau besar yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta beberapa pulau kecil lainnya, seperti Pulau Lepar, Pulau Burung, Pulau Mendanau dan masih ada beberapa pulau kecil lainnya.
Pantai Tanjung Kelayang adalah salah-satu obyek wisata yang terletak di Kecamatan Sijuk, ± 27 km dari Kota Tanjungpandan ibukota Kabupaten Belitung, Pulau Belitung.

Hal-Hal Yang Menarik Di Pantai Tanjung Kelayang
-Hamparan pasir putih halus dengan batu-batu besar diujung pantai
-Air laut yang sangat tenang dan berdesir pelan ke pantai
-Ombak hampir tidak ada, cocok untuk berenang
-Angin yang bertiup sepoi-sepoi, sejuk rasanya
-Terdapat pohon kelapa di sepanjang pesisirnya
-Terdapat batuan granit yang tersusun menakjubkan
-Cocok untuk tempat kegiatan fotografi
-Terdapat perkampungan nelayan

Karakteristik Pantai Tanjung Kelayang
●Sisi Timur Pantai Kelayang
Pantai sebelah timur adalah pintu masuk ke Tanjung Kelayang.
Pantai sebelah timur, permukaan dasar air pantainya jernih dan berpasir putih sehingga cocok untuk kegiatan berenang.
Permukaan pantainya lebar dan tidak ada batuan granit sehingga cocok untuk tempat bermain di tepi pantai.
Jika berjalan sepanjang pantai ± 300m ke arah utara, maka akan ditemukan bebatuan granit yang tersebar sepanjang ujung semenanjung sampai ke permukaan laut.

●Sisi Barat Pantai Kelayang
Di sisi barat terdapat lebih banyak batuan granit sehingga pantainya tidak sepanjang pantai disisi timur, batuan granit besar ini tersebar sampai di permukaan laut.
Ketika matahari akan terbenam, pemandangan di sisi barat terasa menjadi lebih menarik.
Dari puncak batu-batu granit di daerah ujung semenanjung, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam pantai yang indah.

Disamping menikmati keindahan Pantai Tanjung Kelayang, pengunjung juga dapat mampir ke kedai seafood yang ada disepanjang pantai. Pengunjung dapat mencicipi makanan khas setempat seperti gangan kepala ikan, ilak-ilak bakar, cumi goreng tepung dan tumis genjer. Tidak jauh dari Pantai Tanjung Kelayang, hanya berjarak lebih kurang 4 km terdapat juga sebuah pantai yang tidak kalah indahnya yaitu Pantai Tanjung Tinggi. Seperti halnya Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi juga memiliki ombak yang tenang serta memiliki batuan granit.

sumber..http://indonesia-indahnya.blogspot.com

Selecta Tempat Rekreasi Pilihan


Taman rekreasi Selecta terletak di Kota Batu, Malang, Provinsi Jawa Timur, Pulau Jawa, Negara Indonesia.
Taman rekreasi Selecta mempunyai ketinggian 1.150 meter dari permukaan air laut, suhu udaranya berkisar antara 15° C sampai 25° C dengan kedinginan airnya berkisar 18° C.
Taman rekreasi ini berada di Kota Batu, sekitar 30 km sebelah barat dari pusat Kota Malang serta berdekatan dengan Gunung Arjuno dan Gunung Anjasmoro. Taman rekreasi Selecta merupakan tempat yang indah, bersih, nyaman, berudara sejuk dan dingin serta tempat yang cocok untuk bersantai bersama keluarga. Taman ini tertata rapi, ditumbuhi oleh pohon-pohon yang besar dan rindang serta tanaman bunga yang harum beraneka warna menghiasi taman ini.

Sekilas Tentang Selecta
Pada tahun 1930 berdirilah sebuah tempat wisata dan peristirahatan pilihan bagi warganegara Belanda saat mereka berada di Indonesia, tempat wisata dan peristirahatan ini bernama Selecta yang berasal dari kata Selectie, yang artinya adalah Pilihan. Tempat wisata Selecta ini didirikan oleh Ruyter de Wildt, seorang warganegara Belanda.
Ketika Indonesia merdeka, di awal masa kemerdekaan, Selecta adalah merupakan sebuah tempat wisata dan peristirahatan pilihan bagi semua lapisan masyarakat Indonesia.
Di masa sekarang, Taman rekreasi Selecta telah mengembangkan dirinya menjadi sebuah taman rekreasi dengan fasilitas yang lengkap serta tetap menjadi tujuan wisata pilihan bagi wisatawan dalam negeri maupun wisatawan manca negara.

Fasilitas Selecta
Taman rekreasi Selecta mempunyai fasilitas seperti Hotel Selecta (fasilitas 60 kamar, hall berkapasitas 600 orang), taman bunga yang luas dan indah, kolam renang dengan air pegunungan yang segar dan jernih, taman bermain anak, kolam perahu (perahu kano, sepeda air), arena berkuda, arena jogging, tempat out bond, akuarium besar dengan berbagai macam ikan air tawar, Gua Singa yang unik, Restoran Selecta, gerai jajanan tradisional dan modern, masjid, Pasar Wisata Selecta (menyediakan : suvenir, tanaman hias, makanan ringan khas Batu, buah-buahan, hewan-hewan piaraan), tempat parkir yang luas.

Menuju Selecta
Taman Rekreasi Selecta dapat ditempuh dalam waktu ±1 jam dari Kota Malang dan dari Kota Surabaya memerlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan.

sumber..http://indonesia-indahnya.blogspot.com

Objek Wisata Baturaden


Baturaden terletak di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, Pulau Jawa, Negara Indonesia.
Baturaden adalah sebuah kawasan wisata yang berudara sejuk dan dingin, berada di sebelah utara Kota Purwokerto ibukotanya Kabupaten Banyumas, tepatnya dilereng sebelah selatan Gunung Slamet. Baturaden dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum seperti angkutan kota atau taksi, jaraknya dari Kota Purwokerto sekitar 20 km.
Kawasan Baturaden cenderung udaranya sangat dingin di malam hari, pengunjung disarankan membawa perlengkapan untuk melindungi diri dari udara dingin, seperti jaket, baju hangat dan sebagainya.
Untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang banyak datang berwisata kesini, maka dikawasan ini banyak berdiri penginapan seperti hotel dan vila. Wisatawan banyak yang datang kesini pada hari minggu dan hari libur nasional. Baturaden adalah tempat yang nyaman untuk tempat rekreasi bersama keluarga.

Beberapa Tempat Wisata Di Kawasan Baturaden
Pancuran Telu
Air panas yang keluar dari pancuran ini mengandung belerang yang berkhasiat untuk mengatasi berbagai penyakit kulit dan tulang. Wisatawan dapat menikmati kehangatan air dan manfaatnya dari Pancuran 3 (Telu) ini. Pancuran ini terletak di sebelah bawah Pancuran Pitu.

Pancuran Pitu
Kawasan wisata Pancuran Pitu memiliki keindahan alam dan hutan sebagai tempat untuk rekreasi. Kawasan wisata Pancuran 7 (Pitu) terletak sekitar 2,5 km dari Lokawisata Baturaden dan terletak di sebelah atas Pancuran Telu.

Telaga Sunyi
Telaga Sunyi adalah sebuah telaga yang indah serta berair dingin. Tempat rekreasi ini terletak sekitar 3 km di sebelah timur Lokawisata Baturaden.

Goa Sarabada
Di Goa Sarabada terdapat bebatuan warna keemasan yang menakjubkan serta pengunjung dapat menikmati kesegaran air hangat dan dingin di goa ini.

Curug Cipendok
Curug Cipendok adalah obyek wisata air terjun, air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 92 meter serta dikelilingi oleh hutan dan pemandangan alam yang indah.

Curug Ceheng
Curug Ceheng adalah obyek wisata air terjun, uniknya disekitat obyek wisata ini banyak berterbangan satwa lawa.

Pemandian Kali Bacin
Pemandian Kali Bacin adalah obyek wisata peninggalan jaman Belanda, disini wisatawan dapat menyembuhkan penyakit kulit dan tulang dengan mandi disini sambil menikmati keindahan alam sekitarnya.

Bumi Perkemahan
Bumi Perkemahan adalah merupakan camping ground yang sering digunakan oleh para pecinta alam serta pencinta kegiatan out bond.

Taman Kaloka Widya Mandala
Taman Kaloka Widya Mandala adalah sebuah kebun binatang sebagai sebuah tempat rekreasi, sekaligus juga sebagai tempat wisata edukasi.
Taman ini memiliki koleksi binatang dari berbagai negara, seperti dari Asia, Australia dan Negara Belanda. Koleksi binatang tersebut antara lain seperti Gajah, Monyet, Cendrawasih, Buaya Irian, Iguana, Orang Utan, Rusa, Kambing kaki tiga, Sapi kaki lima, Beruk (Buing), Ayam Mutiara, Ayam Kate, Elang Bondol, Kaswari dan sebagainya.

Museum BRI
Museum BRI adalah satu-satunya museum perbankan di Indonesia yang berada di Kota Purwokerto.
Pada tahun 1895, Bank Rakyat Indonesia didirikan oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama De Purwokertche Hulp en Spaarbank der Inlandche Bestuurs Ambtenaren.

Wisata Kuliner
Disamping menikmati wisata alam, wisatawan dapat juga menikmati masakan khas Purwokerto, seperti Mendoan, Keripik, Gudeg Purwokerto, Dage, Gethuk Sokaraja, Serabi dan lainnya.

sumber...http://indonesia-indahnya.blogspot.com

11 Tempat Wisata Teromantis di Indonesia

11 tempat wisata teromantis di tanah air kita :
1. Pulau Bintan, Riau

Pulau Bintan teletak di Provinsi Kepulauan Riau, suasana di pulau ini sungguh memikat, keindahan alam salah satunya. Kemilau pasir putih, birunya air laut, dan rimbunnya pepohonaan merupakan perpaduan yang membuat pulau ini begitu cantik. Di pulau ini terdapat banyak tersedia resor yang bisa disewa untuk bulan madu, private beach, wisata selam, serta wisata kuliner yang bisa jadi alternatif saat berbulan madu.
2. Kaliurang, Yogyakarta

Kaliurang berjarak 28 kilometer arah utara dari pusat kota Yogyakarta, tepatnya di dusun kaliurang , Hargobinangun, Pakem, Sleman. Kaliurang kini menjadi sebuah kawasan wisata alam dan budaya yang memikat. Kaliurang memang cocok sebagai tempat berbulan madu. hawanya yang sejuk dan berlatar alam pegunungan disertai gemericik sungai sungguh menjadikan bulan madu menjadi begitu romantis.
3. Pantai Senggigi, Lombok

Pantai ini terletak di sebelah barat pesisir Lombok, suasana asrinya dan pemandangan bawah laut nan mempesona. Ombak yang tidak terlalu besar danm tenang tentu saja akan menambah keromantisan bulan madu.
4. Pulau Moyo, Nusa Tenggara Barat

Jika ingin benar-benar merasakan dunia milik berdua, tak ada salahnya memilih Pulau Moyo di Nusa Tenggara Barat, sebagai tempat bulan madu. Daerahnya masih sepi dan asli, tapi jangan takut tak ada fasilitas. Di sana ada cottage-cottage yang menyediakan aneka fasilitas. Selain hamparan pasir putih, ada juga terumbu karang lengkap dengan ikan laut warna-warni. Tak ketinggalan air terjun serta kolam-kolam alami.
5. Desa Ubud, Bali

Desa ini terkenal dengan budaya dan keindahan alamnya. Disini, Anda dan pasangan akan merasakan ketenangan jiwa raga dengan melihat pemandangan pegunungan yang hijau dan indahnya sawah bertingkat. Desa ini juga diyakini bisa memberikan sejuta inspirasi.
6. Bunaken, Manado, Sulawesi Utara

Pulau ini terdapat Taman Laut Bunaken yang eksotis. Taman laut ini merupakan salah satu laut yang memiliki biodiversitas kelautan tertinggi di dunia. Lokasi resor sangat strategis dengan pemandangan alam Bunaken yang indah. Tak ada salahnya kan , setelah beromantis-romantisan dengan pasangan, kemudian mengeklsporasi keindahan bawah laut Bunaken dengan melakukan snorkling?
7. Kampung Sampireun, Garut, Jawa Barat

Kampung Sampireun terletak di Ciparay, desa Sukakarya, Garut, Jawa Barat. Kampung Sampireun ini menawarkan semua kesederhanaan sekaligus kenyamanan fasilitas yang Anda butuhkan untuk bulan madu Anda.Jika Anda ingin merasakan suasana pedesaan khas Sunda, lengkap dengan bale-bale, masakan Sunda, musik Sunda, maka Kampung Sampireun bisa menjadi pilihan tempat bulan madu. Pemandangan yang indah dan lingkungan yang tenang, udara bersih dan segar itu menjadikan resor ini tempat yang tepat untuk pasangan yang berbulan madu.
8. Pulau Belitung

Pulau Belitung didominasi pantai dengan panorama indah, air yang jernih, dan hamparan pasir putih di sepanjang pesisir pantai. Banyaknya teluk-teluk dengan perairan tenang menjadikan tempat ini cocok bagi pasangan bulan madu yang gemar olahraga air. Pemandangan alam menakjubkan di Pulau Belitung, barangkali tidak dapat dijumpai di pulau-pulau lain, inilah keistimewaan pulau ini, manarik dijadikan tempat untuk bulan madu nan romantis.
9. Tanjung Lesung, Banten

Tanjung Lesung terletak di kawasan pantai barat Selat Sunda, tepatnya di Desa Tanjung Jaya, Pandeglang, Banten. Resor ini dapat dijadikan alternatif tujuan bulan madu Anda dengan pasangan tercinta, ditempuh selama 3,5 jam dari ibu kota Jakarta lewat Pandeglang. Suasana disini begitu memikat dengan pesona keindahan biru lautnya dan pasir putih yang terhampar luas. Menikmati keindahan laut yang begitu cantik serta air laut yang amat jernih sehingga bisa terlihat ikan-ikan yang berenang melewati terumbu-terumbu karang. Beragam aktivitas olahraga air terdapat di sini, seperti; Banana Boat, Jet Ski, hingga berpetualang menelusuri Gunung Krakatau.
10. Pulau Umang, Banten

Pulau Umang terletak di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. Tempat ini cocok untuk lari dari kebisingan kota sekaligus menikmati indahnya momen bulan madu. Di pulau ini, terdapat resor yang ditata dengan sentuhan artistik alami, Keindahan laut yang dikelilingi pegunungan makin menambah suasana romantis saat berbulan madu.
11. Pulau Takabonerate

Takabonerate di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan, akan disiapkan sebagai daerah tujuan wisata internasional dengan mengagendakan sejumlah penyelenggaraan program-program wisata tahunan internasional. obyek wisata bahari Takabonerate yang merupakan taman laut terindah ketiga dunia yang memiliki jutaan biota laut yang dilindungi.

sumber..http://kaskusnews.us/2010/03/28/11-tempat-wisata-teromantis-di-indonesia/

Obyek Wisata Yang Ada Di Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah

 

Kabupaten HULU SUNGAI TENGAH dengan ibukota Barabai memiliki cukup banyak lokasi yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata, baik itu berupa Wisata Alam, Wisata Buatan, Wisata Religius, Wisata Sejarah/Wisata Budaya, dan Wisata Adat yang cukup potensial untuk dikembangkan.

WISATA ALAM
Pegunungan Meratus
Kawasan Hutan Lindung terdiri dari dua lokasi : Kawasan Hutan Lindung Meratus di Kecamatan Batang Alai Timur seluas 43.782 Ha.
obyek wisata barabai Hutan pegunungan Meratus
Selain itu juga terdapat kawasan hutan lindung lainnya di sekitar Gunung Titi kecamatan Limpasu, dipenuhi dengan beragam flora dan fauna (biodiversity) diantara banyak terdapat pohon meranti yang berdiameter lebih dari 100 cm. Wisata Pegunungan Meratus menawarkan kondisi hutan alam yang masih perawan dan budaya masyarakat dayak Meratus.
Pagat Batu Benawa
Obyek Wisata Pagat terletak di Kecamatan Batu Benawa, berjarak sekitar 7 km dari kota Barabai.
pagat Sungai Pagat
Obyek wisata Pagat Batu Benawa memiliki panorama alam yang indah. Alamnya yang indah, udara yang sejuk, bukit dan sungai yang jernih dan alamnya yang damai membuat lokasi wisata ini banyak dikunjungi wisatawan.
 Panorama pagi di sungai Pagat
Selain itu terdapat sumber air jernih dari dalam Goa yang berada dikaki bukit Batu Bini. Bukit ini menurut legenda merupakan pecahan dari kapal milik Raden Pengantin si anak durhaka. Untuk menyeberangi sungai menuju bukit, pengunjung dapat membergunakan rakit (lanting) atau jembatan gantung. Untuk memudahkan pengunjung mencapai puncak bukit telah dibangun tangga kayu. Dari puncak bukit ini pengunjung dapat melihat pemandangan kota Barabai dan sekitarnya. Obyek Wisata Pagat dilengkapi pula dengan berbagai fasilitas seperti mushala, taman bermain anak, panggung hiburan, gazebo, toko souvenir, warung, toilet dan ruang ganti pakaian. Sebuah aula dengan kapasitas 150 orang masih dalam tahap penyelesaian. Aula ini diharapkan dapat menjadi tempat berbagai acara pertemuan sambil menikmati panorama alam di obyek wisata Pagat Batu Benawa.
Lok Laga
Obyek wisata ini berada di kampung Mu'ui, Desa Sei Harang, Kecamatan Haruyan dan berjarak ±21 km dari kota Barabai, kab. HST
lok laga.
Lok Laga Ria adalah obyek wisata air terjun yang dikelilingi hutan. Sungainya banyak memiliki jeram.
Dalam kawasan obyek wisata Loklaga melintas aliran sungai dengan air yang jernih dan terdapat riam-riam kecil sehingga menjadikan obyek wisata Loklaga menjadi tempat pemandian alam yang ideal. Anak-anak dapat belajar berenang pada tempat-tempat yang dangkal atau pada arus yang tidak terlalu deras.

Pemandian Air Panas Hantakan
Obyek Wisata Air Panas Hantakan berjarak 14 km dari kota Barabai.
Jalan menuju kolam pemandian air panas Hantakan
Untuk kegiatan wisata alam ada obyek wisata air panas di kaki bukit yang hijau dimana terdapat sumber air panas yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Terdapat beberapa kolam air panas yang dipergunakan untuk mandi dan berendam. Kandungan belerang yang yang terdapat dalam air panas ini dianggap dapat menyembukan penyakit kulit.
Kolam air panas ini dianggap dapat menyembukan penyakit kulit
Bersebelahan dengan kolam air panas terdapat kolam air (biasa) yang dapat dipergunakan anak-anak untuk berenang.
Obyek wisata ini ramai dikunjungi orang pada saat hari libur atau hari besar, baik pengunjung yang berasal dari dalam daerah maupun luar daerah.
Di sini terdapat pula kolam ikan dan kolam pancing yang selalu ramai di kunjungi masyarakat setempat atau luar daerah.
air panas hantakan Situasi pemancingan di Hantakan
Beberapa perkumpulan penghobi memancing sering mengadakan lomba pancing di kolam ini.
Goa Berangin (Nateh)
Kawasan wisata Nateh di Kecamatan Batang Alai Timur, sekitar 15 km dari Kota Barabai memiliki panorama alam yang indah. Di sini bertebaran bukit-bukit batu raksasa yang kaya dengan pesona goa dan sungai berair jernih.
GOA Berangin bagi orang Barabai tentu saja tak asing lagi. Apalagi goa ini terkenal gara-gara kemisteriusan yang hingga kini masih menyimpan tanda tanya besar.
Goa Berangin yang terletak di Pegunungan Meratus tepatnya di Desa Nateh, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT), sudah sejak ribuan tahun silam berada di perut pegunungan Meratus.
Untuk mencapai mulut goa ini kita harus meniti puluhan anak tangga atau jika dihitung-hitung sekitar 20 meter. Ketika berada di mulut goa pasti pengunjung terperangah ketika merasakan kenikmatan angin segar dari dalam perut pegunungan Meratus.
Disebut-sebut namanya sebagai Goa Berangin lantaran hembusan hawa sejuk dan dingin baknya seperti Air Conditioner (AC) yang keluar dari mulut maupun lobang goa tersebut.
Hampir tak mengenal waktu, pagi, siang dan malam hembusan angin segar selalu dirasakan pengunjung.
Keanehan goa ini konon panjangnya ratusan kilometer dan memiliki tembusan-tembusan ke pegunungan-pegunungan Meratus lainnya.
Malah di dalam goa hawa yang dirasakan sebaliknya yakni tidak lagi sesejuk ketika kita berada di depan persis mulut goa, tetapi justru hawa hangat.
Goa Berangin sendiri sering dijadikan oleh warga sekitar sebagai tempat bersantai maupun rekreasi. Tak jarang, obyek wisata ini turut pula dijadikan tempat bagi pasangan muda-mudi untuk bercinta dan bermesraan.
Konon ceritanya, bagi pasangan pria dan wanita, justru hubungan mereka putus alias kandas di tengah jalan sebelum memasuki ke masa perkawinan, apabila terlalu sering menghabiskan waktu di "Goa Berangin".
Bahkan, kabar tentang harta karun yang tersimpan dalam goa tersebut, tak ayal membuat warga penasaran untuk menggalinya.
Harta karun dimaksud rupanya, disebutkan dengan banyaknya terdapat sarang-sarang burung Walet. Namun, dari cerita yang beredar di masyarakat, tak jarang sebagian warga yang sengaja ingin mengambil sarang burung tersebut, selalu gagal, karena ditutupi oleh makhluk-makhluk halus yang berdiam di Goa Berangin.
Bahkan, dari cerita-cerita banyak orang, banyak warga yang tersesat di dalam goa tersebut dan hingga kini tidak diketahui lagi nasibnya.
Keangkeran Goa Berangin konon ceritanya ditambah lagi dengan keberadaan ular besar bernama ‘Ular Babat’ yang panjangnya sekitar 1,5 meter dan besarnya hampir sebatang paha orang dewasa.
Sayangnya, keberadaan Goa Berangin kini sudah banyak dijamah oleh tangan manusia. Di sana-sini tampak terlihat coretan-coretan tangan manusia mempergunakan semprotan warna yang sengaja memperjelek pemandangan di sekitar goa.
Goa Liang Hadangan
Goa Liang Hadangan memiliki stalagnit dan stalagmit dengan panorama alam yang sangat mengesankan dan lokasinya sekitar 10 km dari Kota Barabai yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat.
Gunung Batu Benawa
Gunung Batu Benawa merupakan lokasi perkemahan yang digemari para pecinta alam, letaknya sekitar 9 km dari Kota Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
WISATA RELIGIUS
Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih
Wisata religius lainnya yang dapat dilakukan adalah mengunjungi Pondok Pesantren Ibnul amin Pamangkih yang mendidik ribuan calon ulama muda dan pemimpin umat masa depan.
Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih didirikan pada tanggal 11 Mei 1958 M / 22 Syawal 1378 H. Pendirinya adalah seorang ulama dari masyarakat Pamangkih yang bernama KH. Mahfuz Amin bin Tuan Guru H. Muhammad Ramli bin Tuan Guru H. Muhammad Amin.
Atas wasiat almarhum orang tuanya yaitu Tuan Guru H. M. Ramli yang mewasiatkan untuk lebih memajukan pelajaranpelajaran agama, juga atas nasehat dan petunjuk dari seorang gurunya KH. Abu Bakar Tambun, agar beliau mendirikan pondok pesantren. Maka pada tanggal 23 Oktober 1958 (8 Shafar 1378 H) didirikanlah sebuah pondok pesantren yang waktu itu dikenal dengan nama Pondok Hulu Kubur.
Nama Pondok Hulu Kubur tidak tertulis dipapan nama,hanya mendapat sebutan dilidah orang umum. Nama Pondok Hulu Kubur tidak lama dipakai sebagai nama terhadap pesantren yang baru lahir ini, karena pendirinya yaitu KH. Mahfuz Amin telah mendapatkan sebuah nama pilihan yaitu “Ibnul Amin”. Nama Ibnul Amin tersebut dipilih sebagai penghormatan kepada almarhum kakek KH. Mahfuz Amin sendiri. Karena KH. Mahfuz Amin sebagai pendiri dan pendidik di pondok pesantren ini telah mendapatkan ilmu dari ayahnya yaitu Tuan Guru H. M. Ramli, sedangkan ayahnya juga belajar dari orang tuanya yaitu Tuan Guru H. M. Amin. Oleh karena itulah pesantren diberi nama Ibnul Amin yaitu sebagai peringatan terhadap kakeknya yang telah berjasa kepada orang tuanya dan KH. Mahfuz Amin sendiri.
Makam keramat Wali Katum
M. Ramli atau yang lebih dikenal denga sebutan Walikatum (tersembunyi). Wali Katum dimasa kecilnya beliau lebih dikenal dengan panggilan Artum. Mengunjungi makam keramat Wali Katum juga menarik karena selalu mendapat kunjungan ziarah dari masyarakat Kalimantan Selatan dan juga wisatawan.
Masjid Al-A'la dan Masjid Keramat
Mesjid Al-A'la di desa Jatuh, Kecamatan Pandawan merupakan mesjid tertua di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Masjid ini merupakan cikal bakal berkibarnya bendera dakwah syiar agama Islam. Masih di Kecamatan ini terdapat pula masjid tua yang disebut Masjid Keramat dan keunggulan dari tempat ibadah ini konon memberikan rasa khusyu.

sumber..http://www.urangbanua.com/obyek-wisata-pelaihari-kalimantan-selatan.html

Obyek Wisata Yang Ada di Martapura Kabupaten Banjar



Kabupaten Banjar dengan ibukota Martapura memiliki cukup banyak lokasi yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata, baik itu berupa Wisata Alam, Wisata Buatan, Wisata Religius, Wisata Sejarah/Wisata Budaya, dan Wisata Adat yang cukup potensial untuk dikembangkan.

WISATA SEJARAH / WISATA BUDAYA
Sejarah Kerajaan Banjar
Kabupaten Banjar dengan Ibukotanya Martapura mempunyai latar belakang sejarah yang sangat penting sebelum menjadi Kabupaten sekarang, dulunya menjadi pusat pemerintahan Kerajaan banjar.
Kerajaaan Banjar di Kabupaten Banjar di mulai pada tahun 1612, dimasa pemerintahan Sultan Musta’in Billah yang dikenal dengan Pangeran Kecil memindahkan keraton dari Banjarmasin ke Kayu Tangi atau Telok Selong Martapura, karena keraton di Kuwin dihancurkan Belanda. Daerah pusat kerajaan adalah Karang Intan dan Martapura sebagai pusat pemerintahan dan keraton sultan, pada akhir masa pemerintahan Sultan Hidayatullah
Terbentuknya Kerajaan Banjar, Raja yang Memerintah dan Susunan Pemerintah.
Kerajaan Islam yang terletak di bagian Selatan Pulau Kalimantan, disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Hindu yaitu Kerajaan Negara Daha.
Kata Banjarmasin merupakan paduan dari dua kata, Bandar dan Masih, berasal dari nama seorang Perdana Menteri Kerajaan Banjar yang cakap dan berwibawa serta mempunyai pandangan yang jauh ke depan untuk menjadikan Kerajaan Banjar Sebuah Kabupaten Banjar dengan Ibukotanya Martapura mempunyai latar belakang sejarah yang sangat penting sebelum menjadi Kabupaten sekarang, dulunya menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Banjar.
Kerajaan Banjar di Kabupaten banjar dimulai pada tahun 1612, di masa pemerintahan Sultan Mustain Billah yang dikenal dengan Pangeran Kecil memindahkan keraton dari Banjarmasin ke Kayutangi atau Telok Selong dengan pusat pemerintahan di Kuin Banjarmasin.
RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH
1. SULTAN SURIANSYAH
2. SULTAN RAHMATULLAH
3. SULTAN HIDAYATULLAH
4. SULTAN MUSTA’INBILLAH
5. SULTAN INAYATULLAH
6. SULTAN SA’IDULLAH
7. SULTAN TAHLILULLAH
8. SULTAN TAHMIDULLAH
9. SULTAN TAMJIDILLAH
10. SULTAN TAHMIDILLAH
11. SULTAN SULAIMAN RAHMATULLAH
12. SULTAN ADAM ALWASIQUBILLAH
13. SULTAN MUDA ABDURRAHMAN
selengkapnya mengenai riwayat masing-masing raja yang memerintah di kerajaan banjar tersebut bisa anda lihat di Riwayat Raja-Raja Kerajaan Banjar

Keraton Bumi Kencana di Martapura dan Susunan Pemerintahan
Pada abad ke-17 kerajaan Banjar terkenal sebagai penghasil lada. Pedagang-pedagang Banjar melakukan aktifitas di Banten sekitar tahun 1959. pada waktu itu 2 (dua) buah jukung (kapal) banjar dirampok oleh kompeni.
Disamping itu Belanda berusaha melakukan hubungan dagang dengan kerajaan Banjar, dengan mengirimkan utusan pada tahun 1607, tidak mendapat sambutan dengan baik. Terjadi petentangan yang mengakibatkan terbunuhnya seluruh utusan Belanda tersebut.
Pada tahu 1612 Belanda mengadakan pembalasan dengan menyerbu, menembak dan mmembakar Keraton Banjar di Kuin Banjarmasin. Pada waktu itu Kerajaan Banjar diperintah oleh Raja yang ke-4, yaitu Sultan Musata’in Billah dengan gelar Marhum Panembahan (1959-1620). Beliau akhirnya memindahkan pusat pemerintahan dari Kuin ke Martapura. Perpindahan ini tidak dilakukan langsung ke Martapuratapi secara berangsur-angsur dari Kuin ke Muara Tambangan, Batang Banyu, Kayu Tangi sampai Martapura.
Di Martapura pemerintahan berlanjut sampai Pemerintahan Sultan Inayatullah dan Sultan Sa’idullah (Ratu Anum). Sultan Sa’idullah seorang yang beribadat dan ingin berkonsentrasi di bidang agama.
Pemerintahan kemudian diserahkan kepada saudaranya dari ibu orang Jawa bernama Adipati Halid (Pangeran Ratu = pangeran Tapesana), karena anak Sultan Sa’idullah bernama Amirullah Bagus Kesuma belum dewasa.
Pada waktu itulah terjadi pemberontakan oleh salah seorang saudara Adipati Halid dati ibu orang Biaju bernama Adipati Anum (Pangeran Surianata). Pemberontakan diakhiri dengan kesepakatan Adipati Halid tetap bertahta di Martapura dan Adipati Anum di Banjarmasin. Tahun 1666 Adipati Halid meninggal, Amirullah Bagus Kesuma naik tahta dan terjadi revolusi istana melawan pamannya pangeran Surianata di Banjarmasin.
Pangeran Suriantan mati terbunuh dalam perjalanan dari ibukota kembali ke Keraton Bumi Kencana Martapura. Hal ini berlanjut sampai pemerintahan Sultan Hamidullah, Sultan Tamjid, Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah, Sultan Nata Dilaga, Sultan Sulaiman, dan Sultan Adam.
Pada waktu pemerintahan Sultan Adam (1825-1857) beliau menempati istana di Sungai Mesa (Banjarmasin) dengan permaisuri yang bernama Nyai Ratu Komala Sari. Di saat beliau sakit dibawa ke Martapura dan meninggal di sana.
Pada waktu pemerintahan Sultan Tamjid (dinobatkan di Bumi Kencana) beliau berkedudukan di Sungai Mesa banjarmasin sampai turun tahta pada tanggal 25 Juni 1859.
SUSUNAN PEMERINTAHAN
Susunan pemerintahan Kerajaan Banjar yang disebutkan terdahulu mengalami perubahan khususnya pada masa pemerintahan Sultan Adam Alwasiqubillah. Perubahan tersebut meliputi :
1. Radja :
Sultan – Panembahan
2. Mangkubumi :
Anggota di bawah mangkubumi adalah :
Panganan-Pangiwa-Manteri Bumi dan 40 orang Manteri Sikap
3. Mufti :
Hakim tertinggi, pengawas pengadilan umum
4. Qadi :
Kepala urusan hukum agama Islam
5. Penghulu :
Hakim rendah
6. Lurah :
Langsung sebagai pembantu lalawangan dan mengamati pekerjaan beberapa orang, pembakal (kepala kampung) di bantu oleh Khalifah, Bilal dan Kaum.
7. Pembakal :
Kepala kampung yang menguasai beberapa anak kampung
8. Mantri :
Pangkat kehormatan untuk orang-orang terkemuka dan berjasa, diantaranya ada yang menjadi kepala desa dalam wilayah yang sama dengan lalawangan.
9. Tatuha Kampung :
Orang yang terkemuka di kampung
10. Panakawanan :
Segala macam pajak dan kewajiban
11. Sarawasa, Sarabuana, SaraBadja :
Kuasa di seluruh Pedalaman (Keraton)
12. Mandung dan Pasa Juda :
Kepala Balai Rongsari dan Bangsal
13. Mamagar Sari :
Penggapit Raja duduk di Sitilohor.
14. Pariwala, dan Singataka :
Kuasa dalam urusan dan pakan (pasar)
15. Sarageni dan Saradip :
Kuasa dalam urusan alat senjata
16. Puspa Wana :
Kuasa dalam urusan tanaman, perhutanan, perikanan, peternakan, dan berburu.
17. Karang Adji dan Nanang :
Ketua Balai Petani mendapat kehormatan sejajar dengan Raja sebagai pahlawan turunan bangsawan.
18. Warga Sari :
Pengurus besar tentang persediaan bahan makanan.
19. Anggamarta :
Juru Bandar (urusan pelabuhan)
20. Astaprana :
Juru Tabuhan-tabuhan kesenian dan kesusasteraan.
21. Kaum Mangumbara :
Kepala Pengurus Upacara
22. Wiramarta :
Manteri Dagang
23. Budjangga :
Kepala dalam urusan bangunan-bangunan rumah dan Agama.
24. Singabana :
Kepala Ketentraman Umum.
Kerajaan Banjar sebagai Kerajaan Islam keberadaannya mempunyai 2 (dua) pusat pemerintahan yaitu Kuin di Banjarmasin dan Bumi Kencana Martapura.
Pada waktu pusat pemerintahan di Martapura kerajaan bercorak kerajaan Islam ini sangat berkembang pesat. Di Martapura (Lok Gabang) tempat lahir seorang ulama besar Syech Muhammad Arsyad AlBanjari (1710-1812) yang lebih dikenal dengan sebutan datu Kalampaian. Beliau mengarang sebuah bermacam-macam kitab sebagai penuntun umat. Kitab yang sangat terkenal adalah Sabilal Muhtadin dicetak di Mekkah, Istambul, dan Qairo. Tersebar ke wilayah Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, Brunei, Kampuchea, Vietnam, dan Laos.
Beliau lahir pada masa pemerintahan Sultan Hamidullah (1700-1734) disekolahkan dan dibiayai oleh Sultan Tamjidillah (1734-1759) ke Mekkah selama 30 tahun, kemudian kembali ke kerajaan pada waktu pemerintahan Sultan Nata Dilaga atau Sultan Tahmidillah (1801-1825).
Pada waktu pemerintahan Sultan Adam Alwasiqubillah telah dibuat untuk pertama kalinya ketetapan hukum tertulis dalam menerapkan hukum Islam di Kerajaan Banjar yang dikenal dengan Undang-Undang Sultan Adam.
Dari beberapa sumber disebutkan ada beberapa tempat yang menjadi kedudukan raja setelah pindah ke Martapura seperti : Kayu Tangi, Karang Intan dan Sungai Mesa. Tetapi dalam beberapa perjanjian antara Sultan Banjar dan Belanda, penanda tanganan di Bumi Kencana. Begitu juga dalam surat menyurat di tujukan kepada Sultan di Bumi Kencana Martapura.
Jadi Bumi Keraton Kencana Martapura adalah pusat pemerintahan untuk melakukan aktivitas kerajaan secara formal sampai dihapuskannya kerajaan banjar oleh Belanda pada tanggal 11 Juni 1860.
Status kerajaan banjar setelah dihapuskan masuk ke dalam Keresidenan Afdeling dan Timur Borneo. Wilayah di bagi dalam 4 afdeling, salah satunya adalah afedling Martapura yang terbagi dalam 5 Distrik, yaitu Distrik Martapura, Riam Kanan, Riam Kiwa, Banua Ampat dan Margasari.
Selanjutnya terjadi perubahan dalam keorganisasian pemerintahan Hindia Belanda. Dibawah Afdelingterdapat Onderafdeling dan distrik.
Afdeling Martapura terdiri 3 onderafdeling, salah satunya adalah onderafdeling Martapura dengan distrik Martapura. Perubahan selanjutnya Martapura menjadi onderafdeling di bawah afdeling Banjarmasin.
Afdeling dipimpin oleh Controleur dan Kepala Distrik seorang Bumi Putera dengan Pangkat Kiai.
Setelah kedaulatan diserahkan oleh pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia tanggal 27 Desember 1949, ditetapkan daerah Otonomi Kabupaten Banjarmasin. Daerah otonom Kabupaten Banjarmasin meliputi 4 Kewedanaan.
DPRDS pada tanggal 27 Pebruari 1952, mengusulkan perubahan nama Kabupaten Banjarmasin menjadi Kabupaten Banjar yang disetujui dengan Undang-Undang Darurat 1953, kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang No.27 Tahun 1959.
Pendulangan Intan Cempaka
Kawasan pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka, paling banyak tersebar di Kelurahan Sungai Tiung. Kelurahan seluas 21,50 Km2 dengan jumlah kepadatan 306 jiwa per Km2, ini memiliki dua kawasan pendulangan intan tradisional yang telah dikenal di mata dunia, yaitu Pumpung dan Ujung Murung. Khususnya Pumpung, terkenal karena temuan intan sebesar telur ayam dengan berat 166,7 kerat, pada 30-an tahun silam. Belakangan intan tersebut dinamai Trisakti.
Untuk menuju kawasan wisata pendulangan intan tradisional ini, banyak akses transportasi darat yang bisa kita pilih, tentunya relatif cepat, mudah dan murah. Pendulangan intan Pumpung misalnya, berada di sisi tenggara kota Banjarbaru, 40 Km dari Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalsel.
pendulangan intan martapura Aktifitas Pendulang Intan Martapura di Kecamatan Cempaka
Dari Banjarmasin menuju Kota Banjarbaru dapat dituju menggunakan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat, dengan waktu tempuh selama 1 jam. Kemudian, dari kota Banjarbaru menuju Kecamatan Cempaka bisa dicapai selama 15 menit, langsung menuju kawasan wisata tersebut.
Aktivitas pendulangan intan dilakukan oleh warga setiap hari, dari pagi hingga petang, kecuali hari Jumat serta hari-hari besar Islam yang menjadi hari libur mereka. Jadi, kita pun dapat bebas dan sepuasnya memilih hari yang tepat untuk berwisata pendulangan intan.
Mendulang intan membutuhkan proses yang cukup panjang dan memakan waktu yang lama. Pagi ketika matahari masih segar menyengat, sekitar pukul delapan para pendulang intan sudah turun dari rumah menuju lokasi pendulangan mereka masing-masing.
Saat itulah kita bisa melihat mereka berkelompok, iring-iringan berjalan membawa berbagai peralatan mendulang intan terutama lenggangan, yaitu semacam caping atau tangguk besar terbuat dari kayu, digunakan dengan cara melenggangkannya di atas permukaan air untuk memisahkan materi pasir dan tanah dengan butiran intan.
Pendulangan Intan dengan cara melenggangkannya di atas permukaan air
Mereka memulai pekerjaan dengan menembak lobang galian dengan cara menyemprotkan air lewat pipa. Kemudian materi tanah dan batu yang terkikis di dasar lobang, mereka angkat dengan cara menyedotnya menggunakan mesin. Penyedotan dilakukan oleh tiga sampai lima orang. Materi yang tersedot disaring di sebuah bangunan berbentuk menara yang diletakkan di bibir lobang galian. Nah, hasil penyaringan itulah, mereka kumpulkan dalam sebuah kolam, yang kemudian dimulailah kegiatan melenggang.
Para pendulang intan bekerja secara berkelompok. Satu lubang galian sedalam 10 sampai 50 meter dikerjakan oleh satu atau dua kelompok. Mereka menganut sistem kerja abian, yaitu sistem bagi hasil antara pemilik lahan, pemilik mesin sedot, penggali lobang, dan pelenggang. Satu prinsip yang masing-masing mereka pegang erat bersama, yaitu kejujuran.
Kegiatan mendulang intan juga menjadi incaran penggemar fotografi. Percayalah, untuk pengguna kamera analog, tak akan cukup anda hanya bermodal satu atau dua rol film. Sebab, tidak sedikit objek fotografis yang menarik untuk diabadikan. Bukan hanya kegiatan mereka mendulang intan yang menarik dipotret, tapi juga sosial budaya masyarakat setempat.
Sementara lewat tengah hari, biasanya para pendulang intan dan orang ketiga yang membeli langsung intan mentah dari pendulang lalu menjualnya kembali, disebut pembelantikan, biasa menawarkan intan mentah kepada wisatawan yang datang.
Bagi anda yang ingin memiliki intan mentah tersebut, transaksi jual beli pun bisa dilakukan langsung dengan mereka. Tentunya dengan harga yang relatif miring. Akhirnya menjadi oleh-oleh yang anda kantongi ketika pulang.
Dalam waktu sehari, tak cukup waktu menapaki seluruh kawasan pendulangan intan di Kecamatan Cempaka. Masih banyak kawasan lainnya di kecamatan setempat yang menantang untuk kita jelajahi. Sebut saja Kelurahan Bangkal yang berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut, dan Kelurahan Palam di bagian selatan Kota Banjarbaru.
Mereka yang belum pernah ke pendulangan intan, ujar pengalaman orang banyak, tidak ke Kalimantan kalau tidak ke Cempaka dan mengusap langsung intannya ke mata kita, yang konon menurut warga setempat, membuat mata kita cilong bercahaya.
Lomba Jukung (perahu tanpa motor) Tradisional Sungai Rangas
Lomba jukung tradisional merupakan even tetap tahunan yang dilaksanakan setiap tahun dalam rangka hari jadi Kabupaten Banjar. Bertempat di desa Sei Rangas Martapura.
Peserta yang mengikuti lomba jukung di Sungai Rangas
Rumah Adat Banjar Teluk Selong
Bagi anda yang ingin mengetahui lebih detail tentang rumah adat Banjar yang Asli dan legendaris, bisa melihatnya di Teluk Selong, jaraknya kurang lebih 3,2 km dari pusat kota Martapura.
Di sini, terdapat dua rumah adat Banjar tipe Gajah Baliku yang diperkirakan usianya sudah mencapai 150 tahun.
Rumah Banjar tipe Gajah baliku
Dari dua rumah itu, satu rumah masih dihuni pemiliknya, yang satunya kosong. Namun, masih terpelihara karena ada juru pelihara yang setiap saat melayani para pengunjung yang mendatangi situs ini.
Di rumah Banjar yang lebarnya 9 m dengan panjang 14 m itu, kaya ornamen ukiran khas Banjar. Ukiran khas Banjar kita temui kali pertama di bagian pagar dan pintu masuk rumah. Dinding ruang tamu pun berukir indah.
Pendeknya, bagi yang ingin melihat keaslian dan ragam ukir khas Banjar. Rumah adat Banjar Teluk Selong me-rupakan referensi yang utama, sahih dan lengkap. Buktinya, buku-buku yang berkaitan dengan arsitektur rumah Banjar, selalu merujuk ke sini.
Keasyikan lainnya bila mengunjungi situs ini, dari jendela kita bisa melihat hamparan tumbuhan padi. Kalau pas menguning di senja hari, akan terlihat keemasan yang menakjubkan. Kala dilihat masih hijau royo-royo, kita seakan melihat dewi kesu-buran di sana.
di sana.

WISATA BUATAN
Pasar Intan Martapura
SIAPA yang tak kenal dengan kota Martapura atau yang dikenal dengan nama Kota Intan? Rasanya, rakyat Indonesia dan warga dunia, banyak yang tahu. Sebab, di kota ini terdapat satu potensi wisata nan menawan: belanja permata dan melihat penggosokan intan tradisional.
pasar intan martapura Pasar Intan Kota Martapura
Penggosokan Intan Tradisional
Untuk mencapai lokasi perdagangan intan Martapura dan Masjid Al Karomah Anda hanya butuh waktu sekitar satu jam perjalanan dari Kota Banjarmasin (Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan) dengan jarak hanya 40 km dan hanya setengah jam atau 17 km dari Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, sehingga Martapura hanya dijadikan objek untuk perburuan intan permata.
Lantaran makin berkembang dengan banyaknya pelancong, pemerintah setempat pun merenovasi lokasi ini sejak beberapa tahun silam dan menambah lokasi arena bermain bagi anak-anak dan tempat santai bagi pelancong sambil menikmati hidangan khas Martapura di bagian depan lokasi penjualan intan permata.
intan putri malu Intan Putri Malu yang menghebohkan dunia karena besarnya
Martapura memang terbilang kesohor karena selain sebagai penghasil intan terbesar kota ini juga memiliki basis masyarakat Islam terbesar, di mana terdapat markas Madrasah Darussalam. Tak heran kalau selain sumber devisa daerah yang didatangkan dari hasil intan permata, kedatangan pelancong ke Martapura pun menjadi sumber devisa kedua. Kompleks Pertokoan Cahaya Bumi Selamat yang membawahi sekitar 87 toko intan dan permata dalam empat blok ini, setiap harinya ramai dikunjungi para pelancong dari Kalsel selain dari luar Kalsel.
Di Martapura ini, anda akan dimanjakan dengan berbagai macam dan ragam permata yang ditawarkan oleh ratusan pertokoan permata yang berada di komplek pasar Martapura dan Cahaya Bumi Selamat (CBS) dengan harga variatif serta bisa ditawar.
Anda bisa memesan permata dengan ukuran dan desain yang anda suka. Di semua toko permata melayani pemesanan itu seperti Permata Zamrud, dll. Bukan hanya permata, souvenir-souvenir lainnya pun tersedia di sini. Aneka cinderamata dan hasil kerajinan dari semua daerah di Kalsel dan Kalteng, banyak tersedia di sini.
Selain mengunjungi pusat perbelanjaan intan dan permata, rata-rata pengunjung juga ingin melihat Masjid Al Karomah yang merupakan masjid terbesar di Kalimantan ini. Masjid ini memiliki kubah yang unik dengan warna-warna di puncaknya, dan juga dilengkapi dengan satu menara tinggi dengan arsitektur yang unik.
Arsitektur di dalam masjidnya pun tak kalah dengan penampilan luarnya. Ademnya situasi masjid di dalam tidak menggambarkan jika di luar panas terik. Jika Anda menyempatkan singgah di Martapura untuk mencari cendera mata berupa intan permata, sebaiknya Anda juga menyinggahi masjid ini untuk menunaikan salah satu salat lima waktu Anda, karena sayang sekali kalau Anda hanya mencari intan dan tak singgah di masjid ini.
Cek Keaslian Intan
Ada yang harus diperhatikan bagi pemburu intan permata di Martapura yaitu, Anda harus langsung bertanya kepada pemilik toko soal keaslian intan permata ini. Pasalnya, barang asli dan palsu tak pernah bisa dibedakan, kecuali jika dicek langsung dengan alat yang mereka miliki sendiri.
Jika pengunjung tak bertanya apakah ini barang kelas satu atau tidak, si empunya toko akan mengatakan itu adalah barang kelas satu. Tapi, jika Anda bertanya dan meminta ia melakukan pengecekan, dengan senang hati akan ia lakukan. Jika ketahuan barang bukan kelas satu, harga pun akan turun drastis.
Pasar Terapung Lok Baintan
Pasar Terapung Lok Baintan yang terletak di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Pelaku pasarnya berasal dari Desa Pemangkuan Sungai Tapang, Lok Baintan dan Sungai Tabuk sendiri. Pasar tersebut dimulai selepas subuh (jam 5.30) hingga pukul 10 pagi.
Pasar Terapung Lok Baintan
Kegiatannya hampir sama dengan Pasar Terapung yang ada di tepi Sungai Barito dan yang membedakannya hanya para pedagang menggunakan topi yang disebut Tanggui.
Karena transaksinya sambil melaju, pasar terapung semakin siang semakin jauh ke hilir. Eksotika lainnya, semua petani dan pedagang-nya memakai tanggui. Tanggui adalah topi besar dari daun rumbia buatan khas Kalimantan Selatan.

WISATA KULINER
Pemancingan Bincau dan Makan Lesehan
Pemancingan Bincau dan Makan Lesehan terdapat di Kota Martapura (39 km dari Kota Banjarmasin).
Agrowisata Pemancingan Bincau ini Anda bisa menikmati berbagai macam ikan air tawar segar yang lezat dan gurih, dengan menu masakan dibakar atau digoreng. Di sini, anda bisa sepuas hati menikmati ikan nila, mas, gurami, bahkan udang plus lalapan kalau suka. Makannya secara lesehan menambah nikmat apalagi bila musik diputar tentu saja nuansanya akan bertambah mengasyikkan dan menambah selera makan.
Hembusan udara yang segar dan pemandangan petak-petak sawah yang menguning karena padinya mendekati masa panen, menambah lengkapnya suasana santai yang anda nikmati bersama keluarga atau orang-orang tercinta di sekitar anda.
Di Agrowisata Pemancingan Bincau ini anda juga bisa memancing ikan sendiri. Setelah ikan didapat, kemudian di timbang dan diberi harga sesuai dengan berat ikan yang kita dapat tersebut. Untuk selanjutnya terserah Anda, apakah ikan tersebut dibawa pulang atau dibakar, digoreng.

WISATA RELIGIUS
Festival Bedug 1 Syawal
Festival Bedug merupakan even tahunan yang dilaksanakan pada setiap tahun pada akhir Ramadhan di malam 1 Syawal. Bertempat di halaman Mesjid Adung Al Karomah Martapura. Puluhan jenis bedug berukuran besar mengeluarkan bunyi bertalu-talu kala ditabuh para kontestan yang berlaga.
Makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kelampaian)
Tidak jauh dari Kota Martapura (ke arah luar kota Martapura) terdapat obyek wisata religius yaitu Desa Kelampayan Kecamatan Astambul, sebuah Makam Ulama besar yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau yang lebih dikenal dengan sebutan Datu Kalampaian, penyebar agama Islam di Kalimantan.
obyek wisata banjar Makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (datu kelampaian)
Makam ini banyak dikunjungi peziarah yang datang dari Malaysia dan Brunai Darussalam. Tiap harinya, tak kurang dari ribuan orang yang datang berziarah ke sini. Bahkan, bila hari Ahad atau hari libur Islam lainnya, paling tidak dua kali lipat lebih dari hari biasanya orang berziarah ke makam ini.
Syekh Muhammad Arsyad Albanjari hidup di tahun 1122 – 1227 Hijriah atau 1710 – 1812 Masehi. Beliau termashyur dengan kitab besar Sabilal Muhtadin yang dipakai di banyak negara di Asia, dan sebagian Timur Tengah. Nama kitabnya diabadikan untuk nama masjid besar di Kalimantan Selatatan tepatnya di Banjarmasin, yaitu Masjid Sabilal Muhtadin.
datu kelampaian Syekh Muhammad Arsyad Albanjari
selengkapnya mengenai riwayat atau manakib dari ulama besar Syekh Muhammad Arsyad Albanjari tersebut bisa anda lihat di Riwayat / Manakib Syekh Muhammad Arsyad Albanjari

Makam KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (guru Ijai)
Ulama karismatik asal Sekumpul Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (63) atau lebih akrab disebut Guru Ijai atau Guru Sekumpul, tutup usia Rabu 10 Agustus 2005 pagi sekitar pukul 05.10 Wita di kediamannya, Sekumpul Martapura.

Begitu mendengar kabar meninggalnya Guru Ijai lewat pengeras suara di masjid-masjid selepas shalat subuh, masyarakat dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan berdatangan ke Sekumpul Martapura untuk memberikan penghormatan terakhir pada almarhum yang bergelar Al Alimul Allamah Al Arif Billaah Albahrul Ulum Al Waliy Qutb As Syeekh Al Mukarram Maulana.
Pasar Martapura yang biasanya sangat ramai pada pagi hari, Rabu pagi kemarin sepi karena hampir semua kios dan toko-toko tutup. Suasana yang sama juga terlihat di beberapa kantor dinas, termasuk Kantor Bupati Banjar. Sebagian besar karyawan datang ke Sekumpul untuk memberikan penghormatan terakhir. KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (guru Ijai) dimakamkan di pemakaman keluarga di dekat Mushalla Ar Raudhah Jalan Sekumpul Martapura, Kalimantan Selatan.
Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-Syekh H. Muhammad Zaini Abd. Ghani bin Al 'arif Billah Abd. Ghani bin H. Abd. Manaf bin Muh. Seman bin H. M, Sa'ad bin H. Abdullah bin 'Alimul 'allamah Mufti H. M. Khalid bin 'Alimul 'allamah Khalifah H. Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad; dilahirkan pada, malam Rabu 27 Muharram, 1361 H (I I Februari 1942 M).

selengkapnya mengenai riwayat atau manakib dari ulama besar KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, atau biasa disebut Guru Ijai tersebut bisa anda lihat di Riwayat / Manakib KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Ijai)
Makam Datu Abulung
Untuk mencapai makam Syekh Ambulung, peziarah dapat dengan mudah mendatangi daerah Sel Batang di Kecamatan Martapura. Penanda utamanya adalah masjid Syekh Ambulung yang terletak di tepi jalan raya. Sesampai di sana, peziarah harus menyeberanhgi sungai dengan menggunakan getek (sampan mesin) yang disewakan oleh penduduk untuk menyeberangi sungai. Tidak lama, hanya butuh 3 menit untuk menyeberangi sungai yang agak lebar ini dengan tarif Rp. 5000.

Dalam sejarah pemikiran keagamaan di Kalimantan Selatan, pada abad ke-18 terdapat tiga tokoh yang terkenal, yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary, Syekh’Abd Al-Hamid Abulung, dan Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari (Zafry Zamzam, 1979). Dua yang pertama, makamnya terdapat di daerah Martapura, sementara yang terakhir terdapat di daerah Hulu Sungai Utara (Amuntai).
Dibandingkan dengan kubah (makam) Syekh Arsyad Al-Banjari (1707-1812 M) yang di tanah seribu sungai ini lebih dikenal dengan sebutan Datu Kalampayan, kubah Syekh ‘Abd Al -Hamid Abulung, yang lebih dikenal dengan sebutan Datu Abulung, tentu saja kurang terkenal. Ini disebabkan, selain karena tidak memiliki karya tulis, ‘Abd Al-Hamid juga bisa dikatakan senasib dengan Syekh Siti Jenar di jawa yang meninggal karena dibunuh para wali akibat perselisihan mengenai pandangan keagamaan dalam tasawuf.
Baik Syek Siti Jenar maupun Syekh ‘Abd Al-Hamid Abulung, keduanya sama-sama mengajarkan satu cabang filsafat yang kini kurang populer, yaitu metafisika. Pemikiran mereka sama dengan pemikiran Henry Bergson pada masa modern, Lao Tse dan Krishnamurti. di Timur, Paraselsus dan Plato serta Plotinus di masa Yunani, serta beberapa filusuf awal dalam pemikiran Islam.
Meskipun demikian, nasib Syekh ‘Abd Al-Hamid agaknya lebih beruntung ketimbang Siti Jenar, sebab ia nyaris tidak memiliki citra yang pejoratif. Setidaknya ini tersirat dalam kenyataan bahwa dalam tradisi mamangan (bacaan semacam doa) Banjar, namanya juga sering disebut dan disandingkan dengan Syekh Arsyad Al-Banjari. Hal ini membuktikan, meskipun ajarannya dianggap menyimpang oleh jumhur ulama Banjar, namun di mata masyarakat Syekh ‘Abd Al-Hamid tetap dianggap wali.
Histrogafi Syekh ‘Abd Al-Hamid
Sukar melacak kapan tepatnya saat Syekh ‘Abd Al-Hamid dilahirkan. Seperti halnya Syekh Siti Jenar, kehidupan Syekh ‘Abd Al-Hamid pun secara umum sukar dilacak datanya. Namun demikian, yang pasti ia menyaksikan Kesultanan Banjar dipimpin oleh Sultan Tamhid Allah, yang berkuasa pada 1778-1808 M.
Di masa kekuasaan Sultan Tamhid Allah, kondisi politik Kesultanan Banjar mulai tidak kondusif. Perebutan kekuasaan antar pembesar kesultanan seringkali terjadi. Hal inilah yang mendorong Sultan Tamhid Allah bekerjasama dengan Belanda, untuk mempertahankan kekuasaannya. Sebagai kompensasinya, Sultan Tamhid Allah harus menyerahkan sebagian wilayah kekuasaannya kepada Belanda. Hal ini terjadi pada 1787 M (Kutoyo dan Sri Sutjianingsih, 1977).
Meski kondisi politik Kesultanan Banjar tidak lagi kondusif, Banjar tetap menjadi pusat perdagangan yang paling strategis di wilayah Kalimantan. Kekayaan alamnya yang melimpah, seperti intan, emas, lilin, damar dan sarang burung walet yang merupakan komoditas internasional paling laris, menyebabkan Banjar tetap menjadi incaran para pedagang dari jawa, Makassar, Portugis, Inggris, dan Belanda. Ini artinya, Kesultanan Banjar yang terletak di pesisir pantai selatan Kalimantan merupakan wilayah terbuka, baik untuk kepentingan dagang, politik, maupun penyebaran agama.
Walaupun Kesultanan Banjar dikenal sangat terbuka bagi masyarakat pendatang dari berbagai penjuru dunia, yang berbeda etnik maupun agama, para pembesar kesultanan dikenal sangat taat memeluk Islam. Untuk menunjang spiritualnya itu, para penguasa Banjar mengangkat para ulama menjadi guru spiritualnya, sekaligus menjadi pejabat-pejabat kesultanan.
Konon Syekh ‘Abd Al-Hamid, dalam salah satu sumber, pernah mendapatkan perlakuan istimewa oleh para Kesultanan Banjar. Dalam penelitian H.A. Rasyidah disebut Syekh ‘Abd Al-Hamid pernah menjabat posisi strategis di Kesultanan Banjar tepatnya sebagai mufti (Rasyidah: 1990). Tapi tampaknya, hasil penelitian H.A. Rasyidah kurang bisa diterima oleh kalangan sejarawan. Pasalnya, seperti diutarakan Zafry Zamzam Steenbrink, dan Azyumardi Azra, kedatangan Syekh ‘Abd Al-Hamid ke Kalimantan Selatan, adalah beberapa tahun setelah Arsyad Al- Banjari kembali dari Arabia. Padahal, Arsyad Al-Banjari langsung diangkat menjadi mufti. Pertanyaannya, kalau Arsyad Al-Banjari diangkat mufti sekembalinya dari Arabia, lantas kapan ‘Abd Al-Hamid berkesempatan menjadi mufti?
Terlepas kontroversi jelas ‘Abd Al-Hamid pernah leluasa mengajarkan pandangan tasawuf wahdah al-wujud (wujudiyyah) Ibn ‘Arabi’ (1165-1240). Pandangan tasawuf wahdah al-wujud yang dianut Syekh ‘Abd Al-Hamid ini dipengaruhi aliran ittihad-nya Abu Yazid Al-Busthami (w. 873 H) dan hulul-nya Al-Hallaj (w. 923 H) yang masuk ke Indonesia melalui Hamzah Fansuri dan Syams Al-Din Al-Sumatrani serta Syekh Siti Jenar dari jawa.
Perlu dicatat disini, agaknya puritanisme ajaran tasawuf Hamid ini banyak dipengaruhi kondisi sosial Kesultanan Banjar yang sangat terbuka bagi siapapun yang ingin “berinvestasi,” termasuk aliran agama di Banjar. Keterbukaan yang dikondisikan inilah, yang memudahkan Syekh ‘Abd Al-Hamid mempelajari tulisan-tulisan para penganut tasawuf falsafi tersebut.
Kesempatan Syekh ‘Abd Al-Hamid mengembangkan ajaran wujudiyyah mulai mendapatkan sandungan ketika tersiar sampai ke telinga Sultan Tamhid Allah dan Syekh Arsyad Al-Banjari bahwa ajaran yang dibawanya dianggap meresahkan masyarakat Dilaporkan, ‘Abd Al-Hamid mengajarkan orang-orang, bahwa “tidak ada wujud kecuali Allah. Tidak ada ‘Abd Al-Hamid kecuali Allah; Dialah aku dan akulah Dia. Dan sangat kebetulan, Syekh Muhammad Arsyad, sebagai penganut ajaran Syekh b. ‘Abd Al-Karim Al-Sammani Al-Madani guru dari tokoh-tokoh tarekat Sammaniyyah Nusantara memang tidak sepakat dengan Wujudiyyah-nya Syekh ‘Abd Al-Hamid dan bahkan menganggapnya musyrik.
Akibat dari pernikirannya inilah, Syekh ‘Abd Al-Hamid Abulung hidupnya di tangan para algojo Kesultanan Banjar. la dihukum mati oleh keputusan Sultan Tamhid Allah, atas Pertimbangan Syekh Muhammad Arsyad yang waktu itu menjabat sebagai mufti besar (Alfani Daud, 1997). Peristiwa ini, hingga kini belum bisa ketahui secara pasti, kecuali hanya dugaan terjadi pada awak abad ke-18, dimana eksekusinya dilakukan di Abulung, yang kini termasuk wilayah kampung Sungai Batang, Martapura, Kalimantan Selatan. Makamnya sendiri sempat tidak diketahui oleh masyarakat, seperti dalam kasus kematian Syekh Siti Jenar, yang hingga kini makamnya masih menjadi misteri.
Baru belakangan makamnya diketahui terletak kira-kira dua atau tiga kilometer di sebelah hilir Dalam Pagar -kampung yang dikenal sebagai tempat menuntut ilmu keagamaan di Kalimantan Selatan (A. Steenbrink, 1984), dalam kondisi tidak berpagar. Kuburan ini ditemukan atas petunjuk tuan guru (kiai) Haji Muhammad Nur, seorang ulama dan guru tarekat di Takisung (Kabupaten Tanah Laut), yang kemudian dibangunkan kubah-nya. Tuan guru Haji Muhammad Nur sendiri mengaku sebagai keturunan langsung dari Syekh ‘Abd Al-Hamid.
Hingga kini, makam Syekh’Abd Al-Hamid masih banyak dikunjungi umat Islam karena dianggap memiliki karamat. Di antara karamat-nya yang nampak adalah makamnya, yang berada di pinggir sungai, tak bisa dihanyutkan air. Padahal makam tersebut sering tergerus air. Namun ketika makam itu telah turun, secara ajaib makam itu naik lagi dan tanah pun menyangga makam itu lagi.
Pemikiran Syekh ‘Abd Al-Hamid
Berbeda dengan Syekh Arsyad yang terkenal karena magnum opus-nya, Sabilal-Muhtadin -buku fiqh berbahasa Melayu- yang menentang doktrin wujudiyyah mulhid, Syekh ‘Abd Al-Hamid dinilai kering karya. Karena hingga kini, hanya ada beberapa fragmen yang menyiratkan pandangan Syekh ‘Abd Al-Hamid mengenai tasawuf yang bisa dilacak, dan itupun sangat terbatas. Di Banjar sendiri sekarang ada sebuah karya yang disinyalir kepunyaan Syekh ‘Abd Al-Hamid. Naskah itu berisi tentang pandangan tasawuf wujudiyyah mulhid, berupa pembahasan mengenai “Asal Kejadian Nur Muhammad”. Namun, tidak diketahui nama ulama Banjar yang menulis karya tersebut.
Sebagai penganut paham tasawuf falsafi, Syekh’Abd Al-Hamid menyindir bahwa ilmu keagamaan yang diajarkan selama ini hanyalah kulit “syariat,” belum sampai kepada isi “hakikat”. Selain itu salah satu ujarannya yang cukup dikenal adalah berupa konsep: “Tiada maujud, melainkan hanya Dia, tiada wujud yang lainnya. Tiada aku, melainkan Dia dan aku adalah Dia…”. (Zamzam, 1979). Doktrin tasawuf ittibad dan hulul yang seringkali mengumandangkan pandangan tentang kesatuan makhluk dan Tuhan tersebut tentu saja menantang otontas istana dan ulama secara telak.
Pasalnya, manakala istana membutuhkan agar rakyat mengakui otoritasnya yang tinggi dan terhubung dengan ilahi, pandangan yang menyatakan bahwa yang ilahi justru terdapat dalam segala makhluknya tersebut jelas merupakan pandangan yang subversif. Oleh karena itu, ketika Syekh ‘Abd Al-Hamid mengajarkan ajaran ini pada masyarakat umum jelas kalangan istana sangat khawatir. Atas dasar itulah Sultan Tahmid Allah yang memerintah Kesultanan Banjar masa itu memanggil Syekh Abd Al-Hamid ke istana.
Kemudian, diutuslah para punggawa untuk menjemputnya. Ketika para punggawa telah sampai di depan rumah Syekh ‘Abd Al-Hamid, mereka menyeru bahwa Sultan memang agar ia segera pergi ke istana untuk menghadap. Di luar dugaan c ari rumah Syekh ‘Abd Al-Hamid suara: “Di sini tidak ada ‘Abd Al-Hamid yang ada hanyalah Allah (Tuhan).” Para punggawa yang tak pernah menghadapi hal ini akhirnya kembali ke istana untuk melapor. Mereka lalu disuruh ke untuk menjemput (si) Allah/ ‘Abd Al-Hamid itu. Ketika di depan rumah Syekh ‘Abd Al-Hamid, para pun menyeru bahwa (si) Allah diminta datang ke istana. Dari dalam keluar seruan, “Allah tidak bisa diperintah. Dan, di sini tidak ada Allah”.
Masjid Agung Al Karomah
Masjid Al Karomah terletak di Martapura, 40km dari Kota Banjarmasin.Kerajaan Banjar, yang beribukota di Martapura memiliki Mesjid sebagai Pusat Da’wah Islam dan menjadi saksi 12 sultan yang memerintah. Pada waktu itu Mesjid berfungsi sebagai tempat peribadatan, dakwah Islamiyah, integrasi umat Islam dan markas atau benteng pertahanan para pejuang dalam menantang Belanda.
Akibat pembakaran Kampung Pasayangan dan Masjid Martapura, muncul keinginan membangun Masjid yang lebih besar. Tahun 1280 Hijriyah atau 1863 Masehi, pembangunan mesjid pun dimulai.

Menurut riwayatnya, Datuk Landak dipercaya untuk mencari kayu Ulin sebagai sokoguru masjid, ke daerah Barito Kalimantan Tengah. Setelah tiang ulin berada di lokasi bangunan Masjid lalu disepakati.
Dilihat dari segi arsitekturnya, bentuk Masjid Agung Al Karomah Martapura mengikuti Masjid Demak Buatan Sunan Kalijaga. Miniaturnya dibawa utusan Desa Dalam Pagar dan ukurannya sangat rapi serta mudah disesuaikan dengan bangunan sebenarnya sebab telah memakai skala.
Sampai saat ini bentuk bangunan Masjid menurut KH Halilul Rahman, Sekretaris Umum di kepengurusan Masjid sudah tiga kali rehab. Dengan mengikuti bentuk bangunan modern dan Eropa, sekarang Masjid Agung Al Karomah Martapura terlihat lebih megah.
Meski bergaya modern, empat tiang Ulin yang menjadi Saka Guru peninggalan bangunan pertama Masjid masih tegak di tengah. Tiang ini dikelilingi puluhan tiang beton yang menyebar di dalam Masjid.
Arsitektur Masjid Agung Al Karomah Martapura yang menelan biaya Rp27 miliar pada rehab terakhir sekitar tahun 2004, banyak mengadopsi bentuk Timur Tengah. Seperti atap kubah bawang dan ornamen gaya Belanda.
Semula atap Masjid berbentuk kerucut dengan konstruksi beratap tumpang, bergaya Masjid tradisional Banjar. Setelah beberapa kali rehab akhirnya berubah menjadi bentuk kubah.
Bila arsitektur bangunan banyak berubah, namun mimbar tempat khatib berkhutbah yang berumur lebih satu abad sampai sekarang berfungsi.
Mimbar berukiran untaian kembang dan berbentuk panggung dilengkapi tangga sampai sekarang masih berfungsi dan diarsiteki HM Musyafa.
Pola ruang pada Masjid Agung Al Karomah juga mengadopsi pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Karena mengalami perluasan arsitektur Masjid Agung Demak hanya tersisa dari empat tiang ulin atau disebut juga tiang guru empat dari bangunan lama.
Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella atau ruang keramat. Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih penting dari mihrab.
Sejarahnya tiang guru empat menggunakan tali alias seradang yang ditarik beramai-ramai oleh Datuk Landak bersama masyarakat. Atas kodrat dan iradat Tuhan YME tiang Guru Empat didirikan. Masjid pertama kali dibangun berukuran 37,5 meter x 37,5 meter
Akibat pembakaran Kampung Pasayangan dan Masjid Martapura, muncul keinginan membangun Masjid yang lebih besar. Tahun 1280 Hijtiyah atau 1863 Masehi, pembangunan [...]
SEBAGAI pusat Kerajaan Banjar, Martapura tercatat menjadi saksi 12 sultan yang memerintah. Pada waktu itu Mesjid berfungsi sebagai tempat peribadatan, dakwah Islamiyah, integrasi umat Islam dan markas atau benteng pertahanan para pejuang dalam menantang Belanda.
Akibat pembakaran Kampung Pasayangan dan Masjid Martapura, muncul keinginan membangun Masjid yang lebih besar. Tahun 1280 Hijtiyah atau 1863 Masehi, pembangunan Masjid pun dimulai.
Menurut riwayatnya, Datuk Landak dipercaya untuk mencari kayu Ulin sebagai sokoguru masjid, ke daerah Barito Kalimantan Tengah. Setelah tiang ulin berada di lokasi bangunan Masjid lalu disepakati.
Dilihat dari segi arsitekturnya, bentuk Masjid Agung Al Karomah Martapura mengikuti Masjid Demak Buatan Sunan Kalijaga. Miniaturnya dibawa utusan Desa Dalam Pagar dan ukurannya sangat rapi serta mudah disesuaikan dengan bangunan sebenarnya sebab telah memakai skala.
Sampai saat ini bentuk bangunan Masjid menurut KH Halilul Rahman, Sekretaris Umum di kepengurusan Masjid sudah tiga kali rehab. Dengan mengikuti bentuk bangunan modern dan Eropa, sekarang Masjid Agung Al Karomah Martapura terlihat lebih megah.
Meski bergaya modern, empat tiang Ulin yang menjadi Saka Guru peninggalan bangunan pertama Masjid masih tegak di tengah. Tiang ini dikelilingi puluhan tiang beton yang menyebar di dalam Masjid.
Arsitektur Masjid Agung Al Karomah Martapura yang menelan biaya Rp27 miliar pada rehab terakhir sekitar tahun 2004, banyak mengadopsi bentuk Timur Tengah. Seperti atap kubah bawang dan ornamen gaya Belanda.
Semula atap Masjid berbentuk kerucut dengan konstruksi beratap tumpang, bergaya Masjid tradisional Banjar. Setelah beberapa kali rehab akhirnya berubah menjadi bentuk kubah.
Bila arsitektur bangunan banyak berubah, namun mimbar tempat khatib berkhutbah yang berumur lebih satu abad sampai sekarang berfungsi.
Mimbar berukiran untaian kembang dan berbentuk panggung dilengkapi tangga sampai sekarang masih berfungsi dan diarsiteki HM Musyafa.
Pola ruang pada Masjid Agung Al Karomah juga mengadopsi pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Karena mengalami perluasan arsitektur Masjid Agung Demak hanya tersisa dari empat tiang ulin atau disebut juga tiang guru empat dari bangunan lama.
Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella atau ruang keramat. Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih penting dari mihrab.
Sejarahnya tiang guru empat menggunakan tali alias seradang yang ditarik beramai-ramai oleh Datuk Landak bersama masyarakat. Atas kodrat dan iradat Tuhan YME tiang Guru Empat didirikan. Masjid pertama kali dibangun berukuran 37,5 meter x 37,5 meter.
Sekarang Mesjid tersebut bagian yang tak terpisahkan dari Kota Martapura, dengan bangunan perpaduan arsitektur Islam Timur Tengah dan Modern Eropa sungguh menawan dan megah apalagi dipandang pada malam hari di Jembatan Besi disamping Pondok Pesantren Darussalam Martapuran Wuihhh bagus banget kebayang rasanya berada di Jazirah Arab dekh. Mesjid ini juga beseberangan dengan Perkantoran Sekretariat Daerah Kabupaten Banjar yang juga Kantor Bupati Banjar. Dengan Syiar Islam yang begitu kental di Martapura tidaklah salah Kota Martapura diberi label sebagai Serambi Mekkah.
Semoga Martapura yang begitu terkenal seantero dunia dan melahirkan banyak Ulama Yang Zuhud tetap menjadi Kota Santri yang santun dan religus dalam menjawab tantangan globalisasi modern. Amin.
Syekh Abdul Wahab Bugis
Menilik dari namanya, Syekh Abdul Wahab Bugis –selanjutnya ditulis Abdul Wahab– orang sudah bisa menduga bahwa sebenarnya ia bukanlah asli orang Banjar, karena memang ia berasal dari Bugis, Makasar, Sulawesi Selatan. Tepatnya, menurut Abu Daudi (1996: 28), Abdul Wahab adalah seorang berdarah bangsawan, ia keturunan seorang raja yang berasal dari daerah Sadenreng Pangkajene, dan dilahirkan di sana. Sebagai seorang yang berdarah bangsawan ia diberi gelar Sadenring Bunga Wariyah. Jadi nama lengkapnya adalah Abdul Wahab Bugis Sadenreng Bunga Wariyah.
Pangkajene, daerah tempat kelahiran Abdul Wahab sekarang ini adalah adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) Sulawesi Selatan, ibukotanya adalah Tomapoa. Terletak di sebelah atau bagian barat dari propinsi Sulawesi Selatan. Di samping di kenal sebagai daerah pertanian yang subur dengan tanah pegunungan dan dataran rendahnya, daerah ini dikenal pula sebagai daerah perikanan. Salah satu peninggalan sejarah yang terkenal di daerah ini adalah Arojong Pangkajene (Depag RI, 1996: 786).
Tidak diketahui secara pasti kapan ia dilahirkan. Perkiraan ia dilahirkan antara tahun 1725-1735, mengingat usianya yang lebih muda dibandingkan dengan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang dilahirkan pada tahun 1710 M.
Kedatangan Abdul Wahab ke Tanah Banjar seiring dengan kepulangan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari setelah menuntut ilmu di Mekkah dan Madinah selama lebih kurang 35 tahun, yakni pada tahun 1772 M. Pada saat itu yang memerintah di kerajaan Banjar adalah Pangeran Nata Dilaga bin Sultan Tamjidullah, sebagai wali putera mendiang Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah (1761-1787 M), yang kemudian sejak tahun 1781-1801 secara resmi memerintah sebagai raja Banjar dan bergelar Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah.
Abdul Wahab mengikuti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari setelah dinikahkan dengan Syarifah (Abu Daudi, 1996: 78). Walaupun kemudian diketahui bahwa Syarifah sendiri telah dinikahkan dengan Usman dan telah mendapatkan satu orang anak, bernama Muhammad As’ad. Tetapi setelah diteliti oleh Syekh Muhammad Arsyad berdasarkan hitungan Ilmu Falak maka dapat disimpulkan bahwa pernikahan Abdul Wahab dengan Syarifah yang dilakukan oleh Syekh Muhammad Arsyad dengan kedudukan Wali Mujbir di Mekkah lebih terdahulu waktunya daripada pernikahan Syarifah dengan Usman melalui Wali Hakim di Martapura. Karena itulah akhirnya pernikahan Usman dan Syarifah difasakh atau dibatalkan, dan ditetapkan bahwa Abdul Wahab-lah yang menjadi suami Syarifah.
Keputusan ini kemudian ditaati oleh keduabelah pihak, dan menurut cerita Usman akhirnya merantau ke daerah Palembang Sumatera Selatan, serta merintis terbentuknya sebuah desa di sana yang diberi nama Martapura. Karena itu boleh jadi di Indonesia, daerah yang bernama Martapura hanya ada dua, yakni Martapura di Kalimantan Selatan atau Martapura di Palembang (Sumatera Selatan).
Hasil perkawinannya dengan Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad ini melahirkan dua orang anak, masing-masing bernama Fatimah dan Muhammad Yasin. Fatimah binti Syekh Abdul Wahab Bugis kemudian dikawinkan dengan H.M. Said Bugis dan melahirkan dua orang anak, yakni Abdul Gani dan Halimah, sedangkan Muhammad Yasin tidak memiliki keturunan. Abdul Gani anak Fatimah kemudian kawin dengan Saudah binti H. Muhammad As’ad dan juga melahirkan dua orang anak, namun keduanya meninggal dunia. Sementara, Halimahpun juga tidak memiliki keturunan. Abdul Ghani kemudian kawin lagi dengan seorang wanita dari Mukah Sarawak dan mendapatkan lagi dua orang anak, yakni Muhammad Sa’id dan Sa’diyah. Muhammad Said kemudian kawin dan mendapatkan dua orang anak, bernama Adnan dan Jannah. Sedangkan Sa’diyah memiliki anak bernama Sailis, yang menurut cerita kemudian tinggal di Sekadu, Pontianak.
Tekad Abdul Wahab yang bulat untuk memperjuangkan dakwah Islam dan mengamalkan ilmu yang telah didapat ketika belajar di Mesir dan di Madinah, serta ikrar yang ia ucapkan bersama teman-temannya tatkala ingin kembali ke tanah air, semakin menguatkan keinginannya untuk mengabdikan ilmu dan baktinya di Tanah Banjar.
Pendidikan dan Ketokohan
Abdul Wahab dikenal sebagai salah seorang tokoh “empat serangkai”, yakni Syekh Abdurrahman al-Misri, Syekh Abdus Samad al-Palimbani, dan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, yang memiliki akhlak dan kepribadian sebagaimana akhlak dan kepribadian yang dimiliki oleh tokoh empat serangkai lainnya, sebagaimana digambarkan oleh Abu Daudi mereka adalah empat serangkai yang seiring sejalan, yang mendapat pendidikan dari guru yang sama, yang sama-sama mengutamakan ilmu dan amal, dan empat serangkai yang sama-sama pulang bersama serta mengemban tugas yang serupa. Ia adalah sahabat sekaligus menantu dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Jika Syekh Muhammad Arsyad dan Syekh Abdus Samad al-Palimbani lebih banyak menghabiskan waktu mereka menuntut ilmu di kota Mekkah, maka Abdul Wahab bersama dengan sahabatnya Syekh Abdurrahman Misri lebih banyak menghabiskan waktu mereka menuntut ilmu di kota Mesir. Sehingga dalam tulisan Abu Daudi, Abdul Wahab tercatat sebagai salah seorang murid dari Syekhul Islam, Imamul Haramain Alimul Allamah Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi (Abu Daudi, 1996: 28, 31). Syekh Sulaiman al-Kurdi ini kemudian juga menjadi guru dari Syekh Muhammad Arsyad dan Syekh Abdusshamad al-Palimbani. Itulah sebabnya ia mengiringi gurunya itu ke kota Madinah ketika gurunya itu hendak mengajar, mengembangkan pengetahuan agama dan Ilmu Adab serta mengadakan pengajian umum.
Di kota Madinah inilah kemudian empat serangkai bertemu dan selanjutnya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan Abdus Samad al-Palimbani pun mengikuti majelis pengajian Syekh Muhammad Sulaiman al-Kurdi, yang kemudian memicu lahirnya tulisan Syekh Muhammad Arsyad yang berjudul “Risalah Fatawa Sulaiman Kurdi”. Risalah ini berupa naskah yang isinya menerangkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari kepada Syekh Muhammad Sulaiman al-Kurdi tentang keadaan atau tindakan Sultan Banjar yang memungut pajak dan mengenakan hukuman denda bagi mereka yang meninggalkan shalat Jum’at dengan sengaja, serta berbagai masalah lainnya. Risalah ini ditulis dalam bahasa Arab, dan belum pernah diterbitkan, namun naskah asli tulisan beliau sampai sekarang masih ada dan tetap tersimpan dengan baik pada salah seorang zuriat beliau di desa Dalam Pagar Martapura.
Kemudian atas anjuran dari Syekh Muhammad Sulaiman al-Kurdi pula, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan Syekh Abdus Samad al-Palimbani yang haus ilmu pengetahuan yang semula berniat dan berencana untuk menambah ilmu ke Mesir tidak jadi berangkat ke sana, sebab ilmu pengetahuan yang mereka miliki telah dianggap cukup, untuk selanjutnya mereka disarankan segera pulang ke tanah air guna mengamalkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapat (Abu Daudi, 1996: 29).
Bandingkan dengan pendapat Azyumardi Azra (1994: 253), yang menyatakan bahwa Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan Syekh Abdus Samad al-Palimbani meminta izin dan restu kepada guru mereka Syekh Athaillah bin Ahmad al-Misri untuk menuntut ilmu ke Mesir, namun oleh Syekh Athaillah mereka disarankan untuk pulang ke tanah air mengamalkan ilmu yang telah didapat, sebab Syekh Athaillah percaya mereka (empat serangkai) telah memiliki pengetahuan yang lebih dari cukup, sehingga akhirnya mereka tidak jadi menuntut ilmu ke Mesir, tetapi tetap ke sana untuk berkunjung. Sebagai tanda kunjungan akhirnya nama Syekh Abdurrahman al-Batawi ditambah dengan al-Misri.
Menurut riwayat, selama di kota Madinah, “empat serangkai” juga belajar ilmu tasawuf kepada Syekh Muhammad bin Abdul Karim Samman al-Madani, seorang ulama besar dan Wali Quthub di Madinah, sehingga akhirnya mereka berempat mendapat gelar dan ijazah khalifah dalam tarekat Sammaniyah Khalwatiyah.
Di samping tercatat sebagai murid dari Syekh Muhammad bin Abdul Karim Samman al-Madani (seorang ulama besar dan Wali Quthub di Madinah) dan Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi, Abdul Wahab juga berguru kepada:
1. Abdul al-Mun’im al-Damanhuri, Ibrahim bin Muhammad al-Ra’is al-Zamzami al-Makki (1698-1780 M) yang terkenal sebagai ahli Ilmu Falak (Astronomi)
2. Muhammad Khalil bin Ali bin Muhammad bin Murad al-Husaini (1759-1791 M) yang terkenal sebagai ahli sejarah dan penulis kamus biografi Silk al-Durar
3. Muhammad bin Ahmad al-Jauhari al-Mishri (1720-1772 M) yang terkenal sebagai seorang ahli hadits
4. Athaillah bin Ahmad al-Azhari, al-Mashri al-Makki, yang juga terkenal sebagai seorang ahli hadits ternama serta dianggap sebagai isnad unggul dalam telaah hadits.
Dengan demikian jelas, bahwa guru-guru terkemuka Abdul Wahab di atas juga merupakan guru-guru dari tokoh empat serangkai yang lainnya.
Perjuangan Dakwah
Di samping Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari sebagai motor penggerak utama kegiatan dakwah Islam di Tanah Banjar, Abdul Wahab juga memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan Islam di Tanah Banjar, mengingat kedudukan dan figur Abdul Wahab sebagai seorang ulama yang dikenal alim dan sekian lama menuntut ilmu di Mesir dan daerah Timur Tengah.
Perjuangan utama Abdul Wahab Di Tanah Banjar sendiri adalah membantu Syekh Muhammad Arsyad mendakwahkan Islam di wilayah kerajaan Banjar yang waktu itu belum begitu berkembang. Mulai dari mengajarkan Islam kepada keluarga kerajaan, mendidik kader-kader dakwah, sampai dengan membangun desa Dalam Pagar, yang kemudian berkembang menjadi pusat penyebaran dan pengajaran Islam di Kalimantan.
Pertama, mengajarkan agama Islam kepada kaum bangsawan dan keluarga kerajaan Banjar. Hal ini terlihat dari awal kedatangan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan Abdul Wahab Bugis di tanah Banjar (Martapura) pada bulan Ramadhan tahun 1208 H/1772 M yang disambut meriah oleh seluruh komponen masyarakat Banjar, tidak hanya masyarakat biasa akan tetapi juga kaum bangsawan dari kerajaan Banjar. Mengingat Syekh Muhammad Arsyad sendiri sudah dianggap dan diakui sebagai bubuhan kerajaan, terlebih-lebih lagi manakala mengetahui status Abdul Wahab yang juga seorang bangsawan, sehingga oleh pihak kerajaan ia diberikan tempat untuk tinggal dalam istana. Menjadi guru agama di Istana dan mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada bubuhan kerajaan.
Kedua, membantu Syekh Muhammad Arsyad membuka perkampungan Dalam Pagar yang telah dihadiahkan oleh kerajaan Banjar kepada beliau sebagai tanah lungguh. Mengingat tekad kuat dan ikrar setia yang disampaikan oleh Abdul Wahab untuk mensyiarkan agama Islam di tanah air, sesuai dengan pesan guru mereka ketika masih di kota Madinah, ia juga aktif mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada masyarakat luas yang datang berbondong-bondong ke Dalam Pagar yang sudah dikenal dan menjadi pusat pendidikan serta penyiaran agama Islam pada masa itu.
Ketiga, di samping itu Abdul Wahab sebagai menantu dan sekaligus sahabat Syekh Muhammad Arsyad yang juga memiliki pengetahuan agama yang luas dan alim, diduga sedikit banyak beliau ikut menyumbangkan ilmu, pendapat, dan pandangannya –sumbang saran– terhadap berbagai masalah-masalah keagamaan yang terjadi di Tanah Banjar. Dengan kata lain Abdul Wahab merupakan teman diskusi atau mudzakarah agama Syekh Muhammad Arsyad. Hal ini terlihat dari adanya istilah-istilah tertentu dalam Bahasa Bugis –walaupun dalam jumlah yang sangat kecil, dan untuk hal ini lebih jauh perlu dilakukan penelitian dan pengkajian kembali melalui pendekatan Linguistik– pada penulisan dan penyusunan risalah atau kitab-kitab yang ditulis oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, terutama Kitab Sabilal Muhtadin.
Mengingat kedudukan dan kedekatannya, sumbangan pemikiran Abdul Wahab terhadap sejumlah karya tulis Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dapat saja terjadi, mengingat bahwa:
1. Abdul Wahab adalah salah seorang ahli Fiqih dan murid dari Imam Haramain, Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi dan Syekh Athaillah bin Ahmad al-Misri, yang lama menuntut ilmu di Mesir dan Haramain, beliau adalah seorang yang alim, sahabat sekaligus menantu yang berjuang berdampingan bersama Syekh Muhammad Arsyad, mewujudkan ikrar yang telah ditetapkan ketika berkumpul bersama-sama (dengan tokoh empat serangkai lainnya) sesudah menuntut ilmu di Madinah, dan akan pulang ke tanah air.
2. Abdul Wahab adalah salah seorang tokoh dari “empat serangkai” yang mendapatkan ijazah khalifah dalam tarekat Sammaniyah ketika keempatnya belajar dan mengkaji ilmu tasawuf atau tarekat di Madinah kepada Syekh Muhammad bin Abdul Karim Samman al-Madani.
3. Abdul Wahab dianggap sebagai tokoh penting dalam jaringan ulama Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19 karena keterlibatannya secara sosial maupun intelektual dalam jaringan ulama tersebut. Ketokohannya diakui dan dapat dilihat dari gelar syekh yang beliau sandang. Sebab gelar syekh dalam khazanah masyarakat Banjar mengisyaratkan kealiman penyandangnya, sekaligus pula menjadi penanda bahwa yang bersangkutan pernah atau lama mengkaji ilmu di Tanah Haramain (Mekkah atau Madinah). Karena itulah di samping diangkat menjadi guru di istana kerajaan Banjar oleh sultan, dalam kehidupan masyarakat luas pun ia dihormati dan dijadikan sebagai guru rohani mereka.
Keempat, untuk mendidik dan membina kader-kader penerus dakwah Islam, Syekh Muhammad Arsyad telah membuka daerah Dalam Pagar, mendirikan surau, rumah tempat tinggal sekaligus mandarasah yang menjadi tempat untuk belajar masyarakat, mengkaji dan menimba ilmu, sekaligus tempat untuk mendidik kader-kader dakwah. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari bersama Abdul Wahab telah membangun sebuah pusat pendidikan Islam yang serupa ciri-cirinya dengan surau di Padang Sumatera Barat, rangkang, meunasah dan dayah di Aceh, atau pesantren di Jawa.
Bangunan tersebut terdiri dari ruangan-ruangan untuk belajar, pondokan tempat tinggal para santri, rumah tempat tinggal Tuan Guru atau kyai, dan perpustakaan. Oleh Humaidy lembaga pendidikan Islam ini, sebagaimana istilah yang biasa dipakai di kawasan dunia Melayu, seperti Riau, Palembang, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Fattani (Thailand) disebut punduk. Sehingga Dalam Pagar akhirnya berhasil menjadi locus dan kawah candradimuka paling penting untuk mendidik serta mengkader para murid yang kemudian hari menjadi ulama terkemuka di kalangan masyarakat Kalimantan.
Tentu di masa-masa sulit seperti ini beliau berdua dengan anak menantu dan sekaligus sahabatnya, Abdul Wahab Bugis saling membantu, mengisi, dan membina kader-kader dakwah yang banyak jumlahnya tersebut. Hasilnya, di samping berhasil menjadikan anak cucu mereka –Fatimah dan Muhammad Yasin bin Syekh Abdul Wahab Bugis serta Muhammad As’ad bin Usman (mufti pertama di kerajaan Banjar)– sebagai ulama, membentuk kader-kader masyarakat yang kelak menjadi ulama terkemuka, mereka berdua juga berhasil membentuk masyarakat Islam Banjar yang memiliki kesadaran untuk berpegang pada ajaran agama Islam melalu dakwah bil-lisan, bil-kitabah, dan bil-hal, serta diteruskan kemudian oleh generasi-generasi dan kader-kader yang telah dibina melalui upaya pengiriman juru dakwah ke berbagai daerah yang masyarakatnya sangat memerlukan pembinaan agama, dari sini akhirnya dakwah terus berkembang dan ajaran Islam semakin tersebar luas ke tengah-tengah masyarakat Banjar.
Perkembangan dakwah Islam yang begitu menggembirakan, pada akhirnya memicu simpatik Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidillah untuk memberikan keleluasaan kepada Syekh Muhammad Arsyad untuk lebih memantapkan dan mengembangkan Islam di Tanah Banjar secara melembaga, agar agama Islam benar-benar menjadi way of life, keyakinan dan pegangan masyarakat Banjar khususnya, dan Kalimantan umumnya.
Sultan Banjar berkeinginan pula untuk menertibkan dan menyempurnakan peraturan yang telah dibuat berdasarkan hukum Islam, wadah atau badan yang menjaga agar kemurnian hukum dapat diterapkan, dan yang lebih penting lagi adalah agar roda pemerintahan di kerajaan benar-benar dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tuntunan agama. Sehingga bermula dari sinilah kemudian timbul lembaga-lembaga dan jabatan-jabatan keislaman dalam pemerintahan, semacam Mahkamah Syar’iyah, yakniMufti dan Qadli.
Mufti adalah suatu lembaga yang bertugas memberikan nasihat atau fatwa kepada sultan masalah-masalah keagamaan, jabatan mufti kerjaan Banjar yang pertama dipegang oleh H. Muhammad As’ad bin Usman (cucu Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari). Sedangkan qadli adalah mereka yang mengurusi dan menyelesaikan segala urusan hukum Islam, terhadap masalah perdata, pernikahan, dan waris, jabatan qadli yang pertama dipegang oleh H. Abu Su’ud bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Sampai akhirnya Syariat Islam diterapkan sebagai hukum resmi yang mengatur kehidupan masyarakat Islam di tanah Banjar pada masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mu’tamidillah (1825-1857 M), yang dikenal dengan nama Undang-Undang Sultan Adam (UUSA). Dibentuk dan diberlakukannya UUSA ini bertujuan untuk mengatur agar kehidupan beragama masyarakat menjadi lebih baik, mengatur agar akidah masyarakat lebih sempurna, mencegah terjadinya persengketaan, dan untuk memudahkan para hakim dalam menetapkan status hukum suatu perkara.
UUSA ini antara lain berisikan, Pasal 1 sampai dengan pasal 2 berbicara tentang dasar negara yakni Islam yang Ahlu Sunnah wal Jamaah, pasal 4 sampai dengan pasal 22 menerangkan peraturan dalam peradilan berdasarkan mazhab Syafi’i, pasal 23 sampai pasal 27 berbicara tentang hukum tanah garapan, penjualan tanah, penggadaian, peminjaman dan penyewaan tanah yang harus dilakukan secara tertulis, serangkap di tangan hakim dan serangkap lagi di tangan yang berkepentingan. Gugatan terhadap tanah yang terjadi sebelum diberlakukan undang-undang dapat diajukan sebelum duapuluh tahun semenjak undang-undang ditetapkan, sedang tanah atau kebun yang terjual atau telah dibagi kepada ahli waris, dapat digugat selama sepuluh tahun dari tahun penjualan atau pembagian sampai undang-undang diberlakukan. Orang yang menang dalam perkara tidak boleh mengambil sewa selama berada di tangan tergugat.
Di samping alasan-alasan di atas yang mendasari aktivitas dan perjuangan dakwah Abdul Wahab di Tanah Banjar, sebagai seorang ulama yang alim, ahli Ilmu Fikih dan menguasai Ilmu Tasawuf, menurut asumsi penulis Abdul Wahab juga salah seorang ulama penyebar tarekat Sammaniyah (Pembahasan tentang peranan Syekh Abdul Wahab Bugis sebagai salah seorang pembawa dan penyebar tarekat Sammaniyah yang bercorak Khalwatiyah, di samping Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan Syekh Muhammad Nafis al-Banjari lebih jauh dapat dilihat dalam tulisan saya yang berjudul: “Melacak Jejak Pembawa Tarekat Sammaniyah di Tanah Banjar”, Jurnal Khazanah, Volume II Nomor 05, September-Oktober 2003). Sehingga dalam konteks ini memungkinkan sekali jika ia menggunakan pendekatan dakwah sufistik dalam aktivitas dakwahnya, di samping pendekatan dakwah syariah.
Dimaksud dengan dakwah sufistik adalah usaha dakwah yang dilakukan oleh seorang muslim untuk mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun kolektif (jamaah) agar mereka mau mengikuti dan menjalankan ajaran Islam secara sadar, usaha ini dilakukan dengan pendekatan tasawuf, yakni pendekatan dakwah yang lebih menekankan pada aspek batin penerima atau objek dakwah (mad’u) daripada aspek lahiriyahnya.
Dengan kata lain pendekatan dakwah sufistik adalah dakwah dengan menggunakan materi-materi sufisme, yang di dalamnya terdapat aspek-aspek yang berhubungan dengan akhlak, baik akhlak kepada Allah, kepada Rasul-Nya, kepada sesama manusia, bahkan akhlak terhadap semua makhluk ciptaan Allah seperti tawadlu’, ikhlas, tasamuh, kasih sayang terhadap sesama, dan lain-lain, sehingga pada akhirnya dalam diri mad’u timbul kesadaran untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah) sedekat-dekatnya agar memperoleh rahmat serta kasih sayang-Nya (Rosyidi, 2004: 46).
Apatah lagi, pada masa itu tasawuf dan berbagai tarekat yang ada telah memainkan peranan penting dalam perkembangan dan Islamisasi di Indonesia sejak abad XI Masehi. Di mana berlangsungnya Islamisasi di Asia Tenggara (termasuk di Indonesia), berbarengan dengan masa-masa merebaknya tasawuf abad pertengahan, dan pertumbuhan tarekat-tarekat, antara lain ajaran Ibn al-‘Arabi (w. 1240 M), ‘Abd al-Qadir al-Jailani (w. 1166 M) yang ajarannya menjadi dasar Tarekat Qadiriyah, ‘Abd al-Qahir al-Suhrawardi (w. 1167 M), Najm al-Din al-Kubra (w. 1221 M) dengan tarekatnya Kubrawiyah, Abu al-Hasan al-Syadzili (w. 1258 M) dengan tarekatnya Syadziliyah, Baha’u al-Din al-Naqsyabandi (w. 1389 M) dengan tarekatnya Naqsabandiyah, ‘Abd Allah al-Syattar (w. 1428 M) dengan tarekatnya Syattariyah, dan sebagainya (Martin, 1985: 188). Sehingga tasawuf merupakan sesuatu yang sangat diminati, tak terkecuali pula halnya dengan masyarakat Banjar yang telah memiliki bibit-bibit ketasawufan tersebut. Lebih dari itu, Islam yang masuk yang berkembang di Indonesia sendiri menurut para ahli adalah Islam yang bercorak tasawuf (Yunasir, 1987: 94).
Sayangnya, perjuangan dakwah Abdul Wahab tidak begitu panjang, ia meninggal terlebih dahulu dan lebih muda setelah sekian lama berjuang bahu-membahu mendakwahkan Islam bersama dengan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, yakni lebih kurang 10-15 tahunan.
Tidak diketahui secara pasti memang kapan tahun meninggalnya, namun diperkirakan antara tahun 1782-1790 M, dalam usian enampuluh tahunan. Tahun ini penulis dasarkan pada catatan tahun pertama kali kedatangannya (1772 M) dan tahun pemindahan makamnya. Di mana semula ia dikuburkan di pemakaman Bumi Kencana Martapura, namun oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari kemudian, bersamaan dengan pemindahan makam Tuan Bidur, Tuan Bajut (isteri dari Syekh Muhammad Arsyad), dan Aisyah (anaknya Tuan Bajut), makamnya kemudian dipindahkan ke desa Karangtangah (sekarang masuk wilayah desa Tungkaran Kecamatan Martapura) pada pada hari Selasa, 2 Rabiul Awal 1208 H (1793 M). Karena itu bisa diperkirakan bahwa, dihitung dari tahun pertama kedatangan hingga wafatnya, Abdul Wahab telah bahu-membahu dan memperjuangkan dakwah Islam mendampingi Syekh Muhammad Arsyad di tanah Banjar sekitar 10-15 tahun.
Ada pula yang menyatakan bahwa, Abdul Wahab setelah lama berkiprah di Tanah dan kerajaan Banjar serta sesudah kedua anaknya yakni Fatimah dan Muhammad Yasin dewasa, ia kemudian pulang dan meninggal di kampung halamannya Pangkajene, Sulawesi Selatan (Zamam, 1978: 13).
Namun, Berdasarkan catatan pemindahan makamnya yang sampai sekarang masih disimpan oleh Abu Daudi, dapat disimpulkan bahwa Syekh Abdul Wahab Bugis sebenarnya tidak pulang ke daerah asalnya tetapi meninggal lebih muda dari Syekh Muhammad Arsyad. Karena itu data ini lebih kuat dari yang dikatakan oleh Zafri Zamzam bahwa Syekh Abdul Wahab Bugis pulang ke daerah asal beliau (Pangkajene) dan meninggal di sana.
Demikianlah, Syekh Abdul Wahab Bugis telah membaktikan ilmu, waktu, dan hidupnya untuk memperjuangan dakwah Islam di Tanah Banjar. Seyogianya peranan, jasa dan perjuangannya itu menjadi cermin bagi generasi sekarang untuk meninggalkan amal shalih yang sama, sehingga berguna bagi generasi selanjutnya untuk membangun dan mengembangkan masyarakatnya.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa Abdul Wahab Bugis, kawan seperguruan, sahabat, dan sekaligus menantu dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari juga memiliki peran dan jasa yang besar dalam mendakwahkan Islam di Bumi Kalimantan. Mulai dari mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan pada keluarga atau bubuhan bangsawan di kerajaan Banjar sampai membangun tanah lungguh desa Dalam Pagar menjadi locus utama dakwah Islam, pendidikan, dan pengkaderan kader-kader yang kelak menjadi pejuang dakwah diberbagai daerah yang menjadi sebarannya di Kalimantan.
Mengingat ketokohan, akhlak, dan keilmuan yang dimilikinya yang memang diakui, serta melalui kebersamaan sebagaimana yang telah diikrarkan, bahu-membahu, dan ikhlas berjuang bersama Syekh Muhammad Arsyad, Abdul Wahab berhasil menempatkan posisi dirinya sebagai ulama pejuang dalam rangka menjadikan Islam sebagai pola kehidupan masyarakat Banjar, baik bidang kenegaraan maupun bidang sosial kemasyarakatan.

WISATA ALAM
Kawasan Hutan di Mandiangin
Kawasan ini terletak didaerah Mandiangin merupakan suatu komplek bangunan yaitu kantor pusat pengelola, kantor pusat informasi sumber daya alam, plaza dan bumi perkemahan. Di areal ini terdapat prasasti peresmian berdirinya TAHURA Sultan Adam dan Puncak Penghijauan Nasional (PPN) ke 29 yang ditandatangani oleh Presiden RI Bapak Soeharto.
Di lokasi ini pula pusat pengelolaan hutan pendidikan Fakultas Kehutanan UNLAM. Pada pengembangan selanjutnya kawasan ini dikembangkan menjadi arboretum, penangkaran satwa, taman safari, kolam renang, taman burung, bumi perkemahan dilengkapi dengan souvenir shop dan lain-lain.
Pulau Pinus
Taman Hutan Pinus letaknya sekitar sekitar 35 km dari Kota Banjarmasin. Rekreasi di bawah Hutan Pinus yang rindang, sehingga sangat baik duduk di bawah pohon sambil menikmati hidangan yang telah disiapkan. Taman Hutan Pinus merupakan penghijauan kota dan kebun pembinaan. Taman Hutan Raya Sultan Adam terletak di Desa Mandiangin Kecamatan Karang Intan, sekitar 55 km dari Kota Banjarmasin yang mempunyai luas 106.400 ha. Selain itu terdapat dua peninggalan jaman Belanda yang terletak 2 km dari Tahura. Di sana ada Gajah Kampung, Rusa dan Buaya yang dilindungi. Pengunjung datang setiap hari libur untuk menikmati alam yang indah dan sejuk, juga sebagai tempat penelitian dan perkemahan bagi pelajar dan mahasiswa.
Pulau Pinus yang terletak di tengah danau merupakan tempat-tempat ideal untuk berekreasi keluarga sambil menikmati kedamaian alam. Air danau yang jernih dan tenang sangatlah ideal pula untuk bertamasya air, berenang, maupun memancing.
Pulau Bukit Batas
Pulau seluas lebih kurang 1 Ha ini berdekatan letaknya dengan pulau pinus, dapat ditempuh lebih kurang 30 menit dari pelabuhan Tiwingan. Seperti halnya dengan pulau pinus, kawasan ini cocok untuk rekreasi santai dan olahraga air.

Bumi Perkemahan Awang Bangkal
Bumi perkemahan ini seluas lebih kurang 6 Ha terletak didaerah Awang Bangkal. Tidak jauh dari jalan raya Banjarbaru – Pelabuhan Tiwingan, berada didekat sungai Tambang Baru, sehingga mudah mendapatkan air. Bentang alam dari bukit disekelilingnya serta tepian sungai Tambang Baru merupakan daya tarik tersendiri.
Riam Tambela
Riam Tambela terletak 64 km dari Banjarmasin Ibukota Kalimantan Selatan tepatnya di Desa Tambela Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar (19 km dari Kota Banjarbaru).



Ternyata Tambela lumayan indah pemandangannya, banyak pohon pinus berjejer indah membentuk barisan teratur. Di sini Anda akan disajikan panorama alam yang sangat indah sekali diselingi oleh gemuruh arus yang deras melewati bebatuan.
Selain sebagai tempat rekreasi, Tambela juga merupakan tempat pengembangan budi daya ikan sungai seperti ikan Nila dan ikan Mas yang terletak di belakang riam tambela ini.
Danau Riam Kanan / Waduk PLTA Ir. P.M. Noor
Danau Riam Kanan merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Sultan Adam yang berlokasi di Desa Aranio, Kecamatan Aranio. Berjarak sekitar 65 km dari Kota Banjarmasin.
Danau Riam Kanan
Berupa Danau / Waduk seluas lebih kurang 8.000 Ha dengan fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air satu-satunya di Propinsi Kalimantan Selatan.
Berperan penting sebagai pengatur tata air, mencegah erosi dan banjir, sebagai objek wisata alam, danau/waduk ini memiliki bentang alam yang menarik dengan panorama danau, lembah dan bukit disekelilingnya serta untuk kegiatan olahraga air.Pegunungan Meratus yang indah dan hijau mengelilingi Danau Riam Kanan.
Air Terjun Bagugur
Air terjun ini terletak di hulu sungai Tabatan. Dari desa Kalaan dapat ditempuh lebih kurang 1 – 2 jam melalui jalan reboisasi dan areal bekas perladangan berpindah.
Air Terjun Surian
Air terjun ini terdiri dari air terjun Surian, air terjun Batu Kumbang, dan air terjun Mandin Sawa yang sangat menunjang kegiatan Bina Cinta Alam. Dari sungai Hanaru dapat dicapai lebih kurang 2 jam dengan menelusuri sungai Hanaru atau lebih kurang 3 jam melalui jalan patroli yang sudah ada.
Lembah Kahung
Untuk menuju ke Lembah Kahung, ditempuh delapan jam dari ibukota Kabupaten Banjar, Martapura.
Jarak Martapura dengan Banjarmasin ibukota Propinsi Kalsel, 40 KM waktu tempuh naik mobil sekitar satu jam, berarti dari Banjarmasin ke lokasi objek wisata petulangan itu sekitar sembilan jam.
Lembah Kahung yang begitu mempesona
Untuk menuju ke sini, di perjalanan dengan kelotok (perahu bermotor) selama 1,5 jam anda sudah disuguhi beningnya Bendungan Riam Kanan yang di kanan-kirinya dipagari gunung-gunung (rentetan Pegunungan Meratus) yang menjulang biru maupun pulau-pulau kecil nan bertebaran di sana-sini.
Kelotok yang akan mengantar kita ke Lembah Kahung
Lembah Kahung yang merupakan bagian dari Pegunungan Meratus Kalsel selama ini masih mengandung segudang misteri, lantaran jarang dijangkau manusia.
Hutan alam tropisnya yang masih perawan de-ngan air terjunnya tujuh tingkat dan lebar sekitar 8 meter plus udaranya yang sangat sejuk, amat menggoda siapa saja yang haus akan sensasi menikmati alam terbuka.
Bahkan warga sekitar itupun enggan berkunjung ke kawasan hutan lebat ini lantaran adanya anggapan setiap hutan lebat mengandung nilai-nilai mistik.
Tetapi yang membuat kawasan itu jarang terjamah adalah keberadaan hewan liar yang disebut kalimatak atau pacat (lintah darat) yang siap menghisap darah manusia yang berani menjajakan kaki ke kawasan itu.
Belum lagi sering dijumpainya tumbuhan beracun yang disebut “jelatang” yang siap membuat kulit manusia kesakitan dan kegatalan. Atau sakitnya tusukan onak dan duri dari berbagai tanaman berduri dan rotan yang puluhan spicies hidup di kawasan itu.
Suara gemercik air sungai yang jernih di hamparan dedaunan hijau hutan hujan tropis, Lembah Kahung Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi daya pikat orang mendatangi kawasan itu.
apalagi kawasan ini dinilai masih tersimpan “sejuta” pesona flora dan fauna yang menandakan kawasan alam ini masih perawan atau belum terjamah banyak tangan jahil manusia.
Begitu sampai di Balangian (kampung paling hulu di Riam Kanan) anda sudah disambut dengan sebuah kampung yang penduduknya ramah-ramah, nuansa kesahajaanya amat kentara dan ketulusannya yang nyata.
Setelah melapor ke aparat desa, anda tinggal meminta jasa guide dari penduduk lokal (Pak Udin, dll) untuk menuju ke lokasi sekaligus mem-bawakan barang bawaan anda.
Dan, dari sini petualangan dengan menjelajahi alam terbuka baru dimulai.
Dari Balangian menuju air terjun Kahung, anda akan menemui tiga shelter atau persinggahan. Ada tiga selter tersedia di sana, jarak tiap satu selter minimal satu jam perjalanan. Sarana transportasi lembah Kahung selain rakit bambu juga ada kerbau yang bisa ditunggang untuk menyebarangi sungai guna menjelajah kawasan itu.
Selter I sudah tampak dan dalam perjalanan rombongan harus melewati medan yang begitu menantang nyali seperti menghadapi arus sungai yang begitu deras serta batu-batuan alam pegungungan yang sangat licin. Sepanjang jalan terlihat satu dua penduduk di sepanjang jalan menuju kawasan tersebut yang mencari nafkah dengan mencari ikan dan berburu hewan di sekitar pemukiman mereka.
Batu-batuan alam pegungungan lembah kahung yang sangat licin
Satu jam sudah berlalu, Nyanyian Orang Hutan, kepak sayap Burung Bainah (species Burung Enggang, Red) menjadi musik merdu yang tak terkira. sementara mata kita disuguhkan oleh hamparan sabana rindangnya hutan tropis dan suara derasnya air sungai besar menemani iring-iringan panjang para pejalan kaki.
Selter II sudah didepan mata, dan kini perjalanan semakin menantang nyali, medan pun berganti, dari hamparan padang ilalang berganti memasuki kawasan hutan nan lebat, pepohonan dengan diameter yang begitu besar, bau harum khas tanah dan nyanyian suara alam saling bersahutan untuk mengiringi dan menghiasi langkah kaki anggota yang semakin penat. Perjalanan juga diiringi dengan “ancaman” dari hewan-hewan khas hutan seperti pacat dan salembada, yang menyapa dan bercengkrama dengan sehingga membuat perjalanan semakin was-was tapi menyenangkan.
Tepat pukul 12.15 Wita rombongan tiba di Selter III, di kawasan ini lah yang paling tepat untuk beristirahat untuk melepas kepenatan badan karena ditempat ini bertemunya dua buah sungai dengan kecuraman yang lumayan tinggi. Walaupun lokasi ini tentu saja tidak setinggi Madin Kahung namun panorama yang disajikan sangat indah dan mempesona, akhirnya perjalanan kembali dilanjutkan sampai menemui Selter IV.
Setelah melewati Selter IV menuju Madin Kahung medannya lumayan berat dibandingkan dengan medan sebelumnya. Panorama hutan semakin cantik oleh curahan air hujan yang membasahi seluruh pohon, tanaman dan jalan setapak yang tersedia.
Air terjun di lembah kahung yang dikelilingi hutan tropis
Menyentuh dan melihat dahan pepohonan di puncaknya dapat memberikan kepuasan tersendiri pada para anggota rombongan karena kesempatan seperti ini masih sangat langka Lumut-lumut di batang pohon akan tumbuh di sisi yang menghadap timur karena lumut memerlukan sinar matahari.Pengetahuan sederhana seperti ini dapat menolong seseorang yang tersesat dan ingin mencari arah mata angin. Anggota rombongan harus tertib dan hati-hati pada saat menyusuri jalan dan tidak diperkenankan keluar jalur demi keamanan diri.
Kelebihan Lembah Kahung adalah sebagai objek petualangan yang belakangan kian diminati wisman, apalagi di sana terdapat ratusan dan mungkin ribuan spicies flora dan fauna hutan hujan tropis atau hutan tropis basah.
Berdasarkan catatan flora dan fauna yang terdapat di kawasan itu antara lain meranti (Shorea spp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), kahingai (Santiria tomentosa), damar (Dipterocarpus spp.), pampahi (Ilexsimosa spp.), dan kuminjah laki (Memecylon leavigatum).
Kemudian ada pohon keruing (Dipterocarpus grandiflorus), mawai (Caethocarpus grandiflorus), jambukan (Mesia sp.), kasai (Arthocarpus kemando), dan lain-lain.
Sementara spicies faunanya antara lain bekantan (Nasalis larvatus), owa-owa (Hylobates muelleri), lutung merah (Presbytis rubicunda), beruang madu (Helarctos malayanus), rusa (Cervus unicolor), kijang merah (Muntiacus muntjak), kijang mas (Muntiacus atherodes), pelanduk (Tragulus javanicus), dan landak (Hystrix brachyura).
Kemudian juga ada satwa musang air (Cynogale benetti), macan dahan (Neofelis nebulosa), kuau/harui (Argusianus argus), rangkong badak (Buceros rhinoceros), enggang (Berenicornis comatus), elang hitam (Ictinaetus malayensis), elang bondol (Haliastur indus), raja udang sungai (Alcedo atthis), raja udang hutan (Halycon chloris), dan lain-lain.
Mengingat Lembah Kahung bagian pula dari kawasan Pegunungan Meratus di Kalsel, maka diperkirakan pula menyimpan pesona anggrek hutan Kalimantan.
Kawasan anggrek yang cukup di kenal di Kalsel adalah hutan Pegunungan Meratus wilayah yang membujur dari selatan ke utara meliputi Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Tabalong, Balangan dan Hulu Sungai Tengah (HST).
Bukan saja terdapat dua jenis anggrek yang dikenal luas hidup di daratan Kalimantan yakni anggrek hitam (Coelogyne pandurata) dan anggrek tebu (Grammatophyllum Speciosum), tetapi beberapa jenis anggrek lainnya.
Beberapa jenis anggrek yang dikenal tumbuh di kawasan hutan Kalsel seperti jenis Phalaenopsis bellina, Arachis breviscava, Paraphalaenopsis serpentilingua, Macodes petola,jewel orchids, Tainia pausipolia, anggrek tanah, Phalaenopsis cornucervi, Coelogyne asperata -Bulbophyllum beccari.
Anggrek pandan Cymbidium finlaysonianum, Dorrotis pulcherrima, Chairani punya Plocoglotis lowii, Tainia pauspolia, Destario Metusala, Ceologyne espezata, Paphiopedilum lowii dan Paphiopedilum supardii (anggrek nanas) diperkirakan menghiasi kawasan ini.
Yang pasti di kawasan ini terdapat sejenis anggrek bulan khas setempat, yakni anggrek bulan peleihari yang konon hanya hidup di kawasan hutan Kabupaten Banjar dan Peleihari Kabupaten Tanah Laut.

WISATA ADAT
Aruh Adat Bawanang
Aruh Adat Bawanang suku Dayak Meratus ini dilaksanakan setiap selesai panen padi sebagai ungkapan terima kasih kepada pemberi rezeki. Dirayakan setiap bulan Juli.
Suku Dayak Meratus mengikuti ritual upacara Aruh Adat Bawanang
Boneka sawah Aruh Adat Bawanang

sumber..http://www.urangbanua.com/obyek-wisata-pelaihari-kalimantan-selatan.html

 
RESEP MAKANAN INDONESIA